Rabu, 17 Agustus 2011

HARGA SEBUAH KEBAHAGIAAN




HARGA SEBUAH KEBAHAGIAAN

Sambil menikmati segelas capucino dan sepotong sandwich di tempat makan di sebuah mini market yang terletak di kawasan Stasiun Gambir, saya perhatikan wajah dan perilaku orang-orang yang ada disitu dan orang-orang yang sedang berlalu-lalang, Saya yakin sekali mereka semua adalah para pemburu kebahagiaan, walaupun tidak sedikit saya lihat wajah-wajah yang terlihat jelas guratan ketidak bahagiaan dalam kehidupannya. Fikiran saya menerawang pada kejadian semalam, dimana saya berbincang dengan seorang relasi saya, saat itu relasi saya menceritakan pengalaman masa lalunya sewaktu dia susah dulu, dan perjuangan hidupnya hingga dia bisa meraih keadaan seperti sekarang, pengalaman hidupnya itu telah membawa nya pada sebuah pemikiran bahwa agama itu hanyalah penghalang kesuksesan, membuat manusia jadi irasional dan membuat manusia itu menjadi manusia-manusia memecah-mecah diri nya dengan yang lain dan saling menghujat antar kubu yang berlainan faham agama. Saya hanya mendengarnya saja saat itu, karena memang saat itu bukan saat yang tepat buat saya memberikan pandangan saya akan pemikirannya itu.

Saya jadi teringat sebuah cerita yang mengisahkan tentang 2 orang tukang sol sepatu, cerita yang sangat inspiratif dan mampu menyentuh dimensi kesadaran saya tentang agama dan kehidupan, kira-kira begini ceritanya :

Bang Samad, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang biasa disebut tukang sol. Setiap pagi buta sebelum cahaya fajar menyingsing dia sudah keluar dari rumah meninggalkan anak

dan istrinya seraya berharap, nanti sore hari Bang Samad membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Bang Samad terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perutnya mulai terasa lapar dan tubuhnya mulai merasa lemas. Cuma air teh yang dia bawa dari rumah buat mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya gak cukup. Cuman berharap dapat order banyak biar bisa bawa uang ke rumah. Perutnya sendiri nggak dia hiraukan.

Di tengah keputus asaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat duit banyak nich.” pikir Bang Samad. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk buat sekedar ngobrol.

“Gimana dengan hasil hari ini bang? Kayaknya laris nich?” kata Bang Samad memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang benerin sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Imran.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata Bang Samad memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, buat beli beras juga beli beras aja nggak cukup.” kata Bang Samad sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita bakal ditambah.” kata bang Imran sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya Bang Samad, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Imran sambil mengangkat pikulannya.

Bang Samad sedikit kikuk, karena dia nyaris gak pernah “mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon sama Allah biar kita dikasih rezeki yang barakah.”

Akhirnya, Bang Samad mengikuti bang Imran menuju sebuah masjid terdekat. Bang Imran begitu hapal tata letak masjid, kayaknya emang udah sering ke masjid itu.

Setelah shalat, bang Imran ngajak Bang Samad ke warung nasi buat makan siang. Tentu saja Bang Samad bingung, sebab dia gak punya duit. Bang Imran ngerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya Bang Samad ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, Bang Samad berkata,

“Saya gak enak nich. Nanti uang buat dapur abang berkurang gara-gara traktir saya.”

“Tenang saja, Allah pasti menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Imran tetap tersenyum.
“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang Imran meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau sedekah sama orang lain.” kata Bang Samad penuh harap.

“Insya Allah. Allah pasti nolong kita.” Kata bang Imran sambil salaman dan ngucapin salam untuk berpisah.

Keesokan harinya, mereka ketemu lagi di tempat yang sama. Bang Imran mendahului menyapa.

“Apa kabar Bang Samad?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah ngikutin tuh saran Abang, tapi kenapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, saya belum dapet satu pun pekerjaan.” kata Bang Samad setengah menyalahkan.

Bang Imran cuma tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu Bang Samad lakukan buat dapetin rezeki yang barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya Bang Samad penasaran.

“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Imran sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Bang Samad yang beberapa hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum dapet order sama sekali. Apa saran abang nggak cocok buat saya?”

“Bukan nggak cocok. Mungkin keyakinan Bang Samad belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana Bang Samad yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Imran sambil tetap tersenyum.

Bang Samad cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia cuma “coba-coba” jalanin apa sarannya bang Imran.

“Gimana supaya yakin bang?” kata Bang Samad sedikit pelan hampir tak terdengar.

Rupanya, bang Imran sudah bisa menebak, kemana arah pembicaraannya.

“Saya mau nanya, apa kita janjian buat ketemu disini hari ini?” tanya bang Imran.

“Tidak.”

“Tapi nyatanya kita ketemu, bahkan 3 hari berturut-turut. Bang Samad dapet rezeki bisa makan sama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Imran. Bang Samad terlihat berpikir dalam. Bang Imran melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, cuma saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”

Bang Samad manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.

“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya emang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih bang.” kata Bang Samad, matanya terlihat berkaca-kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.

                                                                                        **********

Banyak sekali orang mencari harta yang ada di luar dirinya, seperti ketinggian tahta dan kekayaan material,yang untuk mendapatkannya harus dibayar dengan harga yang sangat mahal, yaitu banyak penderitaan dan perjuangan yg berat... itu bukanlah hal yang salah, Namun kebanyakan kita tidak menyadari bahwa sesungguhnya di dalam diri terdapat banyak sekali harta dan ketinggian2 yang luar biasa mengagumkan yang mampu mengantarkan kita pada kesuksesan hakiki yaitu kebahagiaan lahir bathin... yang mampu membuat kita sukses tidak hanya ketika sampai ditempat tujuan tetapi juga sukses ketika dalam perjalanan menuju sukses...dan harga nya pun hanyalah kepingan permata Cinta,Ikhlash dan kepasrahan...
Suatu hari Seorang Mahasiswi bertanya apa inti agama menurut saya, saya cuma bisa menjawab :

Ayat yang pertama kali diturunkan menyuruh kita untuk mau selalu membaca semua fenomena dan pengalaman, mau selalu belajar... agar kita menjadi manusia yg cerdas... karena agama itu sesungguhnya mengajak manusia untuk mau memaksimalkan fungsi akal nya...

Agama mengajarkan tentang ikhlash, shabar dan berserah diri agar kita menjadi manusia yang tangguh, rendah hati & tidak lupa diri, Agama menyuruh kita untuk bekerja keras agar kita menjadi seorang yang berdedikasi, Agama mengajarkan kita tentang etika agar kita menjadi orang yang menghargai dan dihargai, Agama mengajarkan kita tentang syukur agar kita menjadi manusia yang selalu bahagia...

Agama menyuruh kita beribadah agar jiwa kita selalu tenang sehingga akal bisa bfungsi maksimal, agama menyeru kita puasa agar kita menjadi manusia yang mampu menjadi raja yang memegang kendali atas diri kita, agama mengajarkan kita sedekah, zakat dan berbuat baik agar kita menjadi manusia yang peka dan bermanfaat... intinya agama mengarahkan manusia untuk menjadi manusia yang sempurna hidup dengan penuh kebahagiaan. Jadi untuk kepentingan siapakah agama itu?

Jawabannya tentu saja agama itu diciptakan untuk kita, agar kita bisa menjadi manusia sempurna tanpa cela dan dipenuhi sifat mulia, manusia yang memiliki kekuatan hati yang luar biasa sehingga mampu menjalani kehidupan ini dengan hati yang lapang dan penuh bahagia tanpa sedikitpun pernah merasa menderita, menjadi manusia yang memiliki jiwa yang tenang, yang penuh dengan kedamaian dan menjalani hidup ini dengan penuh kedamaian, serta mampu memaksimalkan potensi diri dan lingkungannya, dan manusia-yang penuh cinta dan kasih sayang, sehingga terciptalah kehidupan yang indah, penuh dengan penghargaan, penuh dengan kedamaian,harmonis dan penuh dengan kasih sayang.

Semoga kita menjadi pribadi-pribadi yang sempurna tanpa cela, penuh dengan kemuliaan dan hidup dalam limpahan kebahagiaan serta mampu membahagiakan orang lain.

Salam - donie Pangestu
Pondok kalbu, Juni 2011

TENTANG WAKTU


Suatu malam kawan dekat sy seorang gadis manis yang ceriwis dan lumayan narsis bertanya pada sy via sms "kang dirimu tuh sibuk sekali ya, gak capek apa" pertanyaan itu muncul karena mungkin dia memperhatikan kegiatan sy beberapa minggu terakhir nyaris gak ada libur full dari pagi sampe malem, lalu sy jawab capek fisik sih jelas ada, tp entah kenapa saya sangat menikmati rasa lelah dan semua kesibukan ini...
Besok malamnya saat kembali berkomunikasi via sms ternyata hari itu kita baru sama-sama pulang kerumah malam hari, dan sama-sama dari bangun tidur sampe malem hari pulang kerumah kita sama-sama gak berhenti melakukan berbagai aktifitas pekerjaan, bahkan sampe rumah pun kita sama-sama gak bisa istirahat soalnya masih harus beresin beberapa PR yang harus diselesaikan malam itu juga sampe kita sama-sama harus bergadang, kembali pertanyaan yang sama kebali muncul, apa sy gak capek, soalnya dia ngerasa lelah banget hari itu meskipun cukup menikmatinya.
Lalu entah dari mana datengnya pikiran saya itu tiba-tiba saya menemukan jawabannya kenapa saya bisa menikmati kesibukan dan rasa lelah ini...sy jawab Alhamdulillaah waktu kita seharian ini padet banget, berarti gak banyak waktu dalam hidup kita sia-sia, karena sebagian besar waktu kita produktif terpakai untuk sesuatu yang positif yang suatu saat pasti kita atau keturuan kita akan menikmati hasilnya. Bayangkan bila hidup kita ini hanya diisi dengan kegiatan bersenang-senang dan hura-hura, artinya waktu itu tidak kita gunakan untuk hal2 yang produktif kecuali kesenangan nafsu belaka.

Ibarat kata,klo orang bisnis semakin banyak barang jualan yang laku berarti semakin untung kita begitu juga sebaliknya, semakin banyak barang yang gak laku berarti rugi kita modal kita gak balik bahkan barangnya bisa jadi rusak... begitupun dengan waktu semakin produktif waktu kita berarti semakin beruntung hidup kita dan sebaliknya...karena sebenernya usia hidup kita itu dihitung dari saat kita terbangun dan nilai usia kita di hitung dari sebarapa banyak waktu bangun kita yang produktif... kalo jatah hidup kita didunia 70 tahun, tp 50% nya kita habiskan untuk tidur... berarti 35 tahun usia kita sia2... dan klo dari sisa 35 tahun itu cuman 20% yang produktif, berarti kita bener2 hidup di dunia ini cuman 17 tahun... sisanya bisa dibilang rugi...

************************************ Wallaahu A'lam *********************************
So ayo kita manfaatin waktu kita biar lebih produktif, meskipun ada kalanya kita ingin merasakan waktu untuk berleha-leha menikmati hidup, kenapa kita tidak tetap mencoba membuat sesuatu yang positif dan produktif di waktu leha-leha kita... misalkan buat yang suka membaca mengisi waktu istirahat sambil membaca... atau liburan sambil jualan misalnya... apapun itu yang penting leha-leha kita bisa menghasilkan sesuatu dan tetap produktif...

Salam Hangat dan Sukses
Padepokan Ganesha 15

Senin, 15 Agustus 2011

RENUNGAN DIRI


Suatu malam aku teringat sebuah do’a yang paling sedikit lima kali dalam sehari aku lafalkan… sebuah do’a yang berisi ikrar penghambaan… do’a iftitah…
“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya ‘milik dan untuk’ Allah Robb seluruh alam.”

Sejak kecilpun aku sudah sering mendengar dari para guru dan ulama bahwa segala apa yang kita miliki adalah milik Allah yang Dia titipkan pada kita, diri, harta, keluarga, ilmu bahkan nafas dan rasa pun adalah milik-Nya…

Sebuah pertanyaan muncul dalam benakku… mengapa Allah menitipkan semua ini padaku, untuk apa pula Allah menitipkan semua ini padaku… lalu bila diri, hidup dan kehidupanku ini adalah titipan-Nya, berarti tak sedikitpun aku memiliki hak atas semua titipan yang jelas-jelas bukan milikku… tetapi mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Pada saat Allah meminta kembali beberapa titipan-Nya, kurasakan itu sebagai musibah,
kunamakan itu sebagai ujian, kuanggap itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu merupakan penderitaan yang menyakitkan dan menyengsarakan.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang sesuai dengan selera nafsuku, aku ingin dititipi lebih banyak harta, aku ingin pasangan yang sempurna secara fisik, sifat dan materi menurut seleraku, aku ingin lebih banyak tahta yang tinggi, lebih banyak popularitas…

Kutolak rasa sakit, kutolak nestapa, kutolak kesulitan, kutolak kemiskinan, kutolak semua penderitaan seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan kasih saying-Nya harus berjalan seperti hukum matematika atau rasio sederhanaku yang terlalu dangkal

Ketika aku merasa rajin beribadah, dan merasa banyak berbuat kebajikan…maka aku merasa seharusnya semua derita menjauh dariku, dan segala nikmat dunia selayaknya menyertai hidup dan kehidupanku, bahkan kuminta surga sebagai tempat untuk ku menghabiskan masa-masa pensiun kehidupanku…

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, atau bahkan tidak jarang aku memperlakukan-Nya seperti budakku yang harus selalu mengikuti apapun yang kutitahkan…Kuminta Dia membalas semua"perlakuan baikku", mengganjar semua ibadahku dengan upah pahala dan kebaikan yang berlipat ganda, dan menolak semua keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku,

Duhai Robbi, betapa kusadari tidak tahu dirinya aku, padahal tiap hari hidup dikolong langit-Mu, aku tinggal di atas bumi-Mu dan aku hidup dengan menggunakan segala fasilitas milik-Mu…lalu masih layakkah aku mengakui diri sebagai seorang hamba, padahal setiap hari berkali-kali kuucapkan ikrar ini, masihkah pantas aku mendamba cinta-Mu padahal aku sangat bermimpi untuk bisa menjadi kekasih bagi-Mu...sementara didalam istana hatiku masih disesaki kecintaan nafsu untuk memiliki segala keindahan makhluk-Mu…

Duh Gusti jadikanlah aku termasuk hamba-hamba yang ikhlash, berserah diri dan menepati janji...


Pertapaan Aster 81
November 2009

Minggu, 14 Agustus 2011

INDAH PADA WAKTUNYA

Siang tadi disela-sela waktu istirahat training saya, Tiba-tiba salah seorang peserta handphone nya berbunyi, dan nada panggilnya itu adalah sebuah lagu religi cukup lawas berjudul “Cari Pasangan” yang dinyanyikan sebuah grup musik yang mengusung genre musik rohani asal Malaysia.

Kebetulan materi training tadi materinya ada yang berhubungan dengan pesan moral yang ada dalam lagu itu, bahwa Tuhan tidak akan men sia-siakan usaha hamba-hamba-Nya, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan sebuah kisah yang diceritakan oleh lagu tersebut tentang Akhir pengembaraan seorang pemuda sholeh:Pada zaman dahulu ada seorang pemuda pengembara bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pengembara yang soleh dan taat kepada Allah. Hutan, gunnung serta padang pasir telah dilalui dalam pengembaraannya.

Suatu ketika disaat Ahmad sedang menyusuri sebuah sungai. Dia merasa dahaga yang tiada terhingga, karena hari memang sangat panas sekali. Ahmadpun kemudian berhenti dipinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. “Alhamdulillah….. terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”. Tiba-tiba Ahmad melihat sesuatu mengapung-apung disungai menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Ahmad pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah sebuah apel. “Ini mungkin rizki untukku”. Ahmad kemudian memakan apel itu. Tetapi disaat apel itu termakan hampir habis, Ahmad teringat sesuatu. “Astaghfirullah, Kalau ada buah apel terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah Ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.

Ahmadpun kemudian menyusuri sungai itu tanpa merasa letih. Dan benarlah, ternyata diujung sebuah hulu sungai ada sebuah kebun apel yang sangat luas. Ahmad kemudian mendatangi kebun itu dan mencari pemiliknya. Disaat Ahmad sedang mencari tiba-tiba seorang kakek mengejutkannya.

“Assalamu’alaikum. Sedang mencari apa gerangan anak muda?”

“Waalaikumussalam… Apakah bapak tau siapa pemilik kebun anggur ini?”

“Sayalah pemiliknya. Kenapa ?

“Jadi, jadi pemilik kebun ini adalah bapak sendiri. Oh.. Kebetulan sekali. Saya minta maaf karena saya telah memakan sebuah apel yang saya duga berasal dari kebun bapak”.

“Dimana engkau menemukannya anak muda?” tanya kakek itu.

“Disebuah sungai disaat saya sedang minum dan membasuh muka saya”.


Kakek Pemilik kebun apel itu terdiam dan menatap mata Ahmad dengan tajam. Ahmadpun kemudian berkata, “Maafkanlah saya pak, saya siap menerima hukuman apapun dari bapak. Apapun hukumannya, asalkan bapak memaafkan saya”.

“Ya, ya ya…. Kalau begitu kau akan menerima hukuman dariku”. Kata kakek itu seraya terus menatap tajam mata ahmad.

“Silahkan kek, apa hukuman yang akan aku terima ?”

“Kau harus membersihkan kebunku selama satu bulan penuh”

“Baiklah kek, saya akan menjalankan hukuman itu dengan ikhlas karena Allah” Kata Ahmad sabar.


Demikianlah, berhari-hari Ahmad membersihkan kebun apel itu dengan rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah dilakukannya. Hingga tidak terasa satu bulan penuh Ahmad telah menjalankan hukuman. Ahmadpun kemudian mendatangi pemilik kebun itu.

“Saya telah menjalankan hukuman untuk membersihkan kebun selama satu bulan penuh. Dan hari ini adalah hari yang terakhir, Apakah ada hukuman lain untuk menebus kesalahan saya?” Tanya Ahmad.

“Ada. Aku mempunyai seorang anak gadis bernama Rokayah. Dia buta, tuli, bisu dan lumpuh. Kau harus menikahinya.Jawab Kakek pemilik kebun

Bukan cuman terkejut, Ahmadpun gemetar. Tubuhnya berkeringat. Karena Ahmad berfikir begitu berat ujian dan hukuman yang dia terima. pemilik kebun itupun bertanya.

“Kenapa, apakah kau tidak bersedia?” tanya pemilik kebun itu membuat ahmad berfikir. Tidak lama kemudian ahmad dapat menguasai diri. Dia yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allahpun tidak akan memaafkan kesalahannya yang telah memakan apel yang bukan miliknya.

“Baiklah, saya akan penuhi. Saya ikhlas karena Allah untuk menikahi anak kakek. Jawab Ahmad


Dengan kesabaran dan keikhlasan Ahmadpun kemudian menikahi gadis pemilik kebun apel. Disaat usai pernikahan, Ahmad hendak memasuki kamar pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun apel

“Assalamu’alaikum”…. Ucap Ahmad seraya membuka tirai kamar.

“Wa’alaikummussalam, Silahkan masuk. Aku telah menunggu sedari tadi” Seorang gadis menjawab dari dalam kamar


Ahmad terkejut bukan kepalang mendengar jawaban itu.

“Oh, maafkan saya. Mungkin saya salah memasuki kamar ini. Sebenarnya saya mencari gadis bernama Rokayah. Dia anak pemilik kebun apel”. Kata Ahmad bingung.

“Sayalah yang engkau cari”. Jawab gadis itu

“Oh tidak…. Tidak mungkin”.

Ahmadpun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.

“Sebelumnya maafkan saya yang telah lancang memasuki sebuah kamar seorang gadis cantik. Tapi… dimanakah sebenarnya kamar Rokayah istri saya?” Tanya Ahmad

“Kau tidak salah. Yang kau masuki memang kamar rokayah anakku satu-satunya. Dan yang didalam kamar memang anakku. Dialah rokayah”.

“Tetapi kenapa saya tidak melihat dia buta, tuli, bisu dan lumpuh?” Tanya Ahmad.

“Anakku….. Rokayah memang buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tapi yang aku maksud dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat maksiat. Sekarang segeralah kau kembali kekamarnya. Temuilah dia yang sekarang menjadi istrimu”.

Betapa bahagianya Ahmad yang ternyata mendapatkan seorang istri yang bukan hanya cantik jelita, namun seorang gadiis yang beriman dan taat kepada Allah.

(OST : Cari Pasangan by Robbani)

 *********************************************************************************
Tuhan gak akan pernah  nyia-nyiain setiap usaha yang dilakuin hamba-hamba-Nya,  Jangan pernah berburuk sangka sama Tuhan, karena Tuhan tau kapan waktu yg tepat do'a itu dikabulkan... bisa jadi karena kita sendiri emang belum siap  buat nerima anugerah dikabulnya do'a kita, seringkali ketika kita meminta pada Tuhan, malah ujian dan kesulitan yang kita dapet, lalu kita pun marah bahkan menghujat Tuhan dan menuduh-Nya gak adil pada diri kita, padahal ujian itu Tuhan beri untuk melatih kita sehingga kita benar-benar siap menerima anugerah itu, karena bila permintaan itu diberikan pada waktu yang tidak tepat justru akan memberikan efek yang malah menghancurkan diri kita, intinya segala sesuatu akan lebih indah bila memang pada waktunya,seperti halnya buah,buah yang memang matang dipohonnya jauh akan lebih enak dan segar bila dibandingkan dengan buah yang gak matang dipohonnya.Tuhan jauh lebih mengenal kita dibanding diri kita sendiri. Bila kita ingin mendapatkan yang terbaik, maka perbaikilah diri kita terlebih dahulu sehingga kita emang bener-bener layak dapetin yang terbaik, karena seperti halnya Tuhan tidak akan pernah menguji hamba-Nya sesuai dengan batas kemampuannya, begitupun dengan anugerah, Tuhan hanya akan memberikan anugerah sesuai dengan kapasitas kemampuan kita menerima anugerah tersebut.

Duhai Robbi Engkulah Sang Penguasa hati, yang berkuasa membolak balik kan hati, tetapkan hatiku dalam agama-Mu, dan dalam ketaatan kepada-Mu, dan sinari hatiku dengan cahaya kasih sayang-Mu.

Agustus 2011,
Pertapaan Aster 81

Minggu, 31 Juli 2011

GAGAL & SUKSES ADALAH PILIHAN


Saya teringat waktu suatu hari saya diundang untuk memberikan sebuah training tentang motivation of achievement oleh sebuah perusahaan, setelah sesi training tadi berakhir, beberapa peserta meminta waktu saya buat sedikit sharing, kalo istilah anak muda sekarang mereka mau curcol alias curhat colongan tentang pressure yang mereka dapet di perusahaan itu. Lalu saya menjawab pertanyaan mereka dengan menceritakan Kisah tentang Wortel, Telur dan Kopi :

Suatu hari seorang Pemuda datang pada seorang bijak dan mengeluh padanya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Sang Bijak membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si pemuda membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang bijak. Setelah 20 menit, sang bijak mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada pemuda itu, “Apa yang kau lihat ?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si pemuda. Sang Bijak mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Sang bijak lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, Sang bijak memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si pemuda bertanya, “Apa arti semua ini?”

Sang bijak menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya Sang bijak. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

                                                                         *************

Kalo kita mau mengkaji ada orang-orang yang sukses, ada yang gagal, ada yang memiliki mental pejuang yang selalu fight menghadapi segala tantangan hidup, dan ada yang menjadi pecundang yang kerjanya hanya berkeluh kesah dan menganggap dirinya selalu dirundung derita. Sesungguhnya baik orang gagal maupun orang sukses sama-sama memiliki ujian yang sama, ketakutan, kekurangan, kehilangan dan kesakitan, hanya wujudnya saja yang berbeda.

Yang membedakan antara orang sukses dan orang gagal adalah dari bagaimana cara menghadapi dan memaknai ujian hidup yang dimilikinya, apakah dia melihatnya dan menjalaninya secara positif atau secara negatif? orang gagal selalu berusaha mencari alasan, dan menyalahkan orang lain atau keadaan untuk menutupi kelemahan, ketidak mampuan, kesalahan dan ketakutannya, sedangkan orang sukses selalu  berusaha memperbaiki diri dan mengkoreksi diri ketika ujian menimpanya.Hidup itu adalah pilihan, mau menjadi apa dan seperti apa kita, sesungguhnya kita lah yang menentukan bukan orang lain ataupun keadaan. Bukankah emas tidak akan menjadi perhiasan yang indah sebelum melalui proses peleburan, dan intan tidak akan menjadi intan sebelum proses penggosokan.

Duhai Tuhan jadikanlah aku hamba yang senantiasa berbaik sangka kepada-Mu dan jadikanlah aku hamba yang senantiasa bersyukur.

Salam

Pertapaan Aster 81
Juli 2011

Sabtu, 16 Juli 2011

Jadiin Do'amu Terkabul


Sy teringat pembicaraan dengan sahabat, senior sekaligus guru bisnis dan organisasi saya... kita bebicara tentang do'a...
sy teringat juga tentang 2 Firman Tuhan "Aku bagaimana persangkaan hamba-Ku saja" dan "Berdo'alah kepada-Ku niscaya akan kukabulkan Do'a kalian semua" dan sebuah sabda Sang Nabi "Setiap kalimat adalah do'a)...jadi segala macam kalimat baik yang trucap, trfikir ataupun lintasan hati sekalipun itu adalah do'a...
sy jd teringat anekdot yg diceritakan oleh julia robert dalam film Eat, Pray,Love tentang kisah seseorang di Roma yang bertahun-tahun berdo'a kepada Tuhan ingin memenangkan sebuah undian lotere  tanpa pernah sekalipun membeli lotere. Suatu saat Tuhan menjawab do'anya dengan berkata baiklah akan Aku kabulkan do'amu itu, tapi sekarang kau beli dulu tiket lotere nya...
Seringkali kita berdo'a kepada Tuhan untuk mewujudkan dan mengabulkan semua mimpi-mimpi kita tanpa usaha yang keras untuk mewujudkannya... ketika do'a kita itu tak kunjung terkabul seringkali kita menggugat Tuhan dan memvonis-Nya tidak adil pada kita... Sang Nabi pernah bersabda "Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses"... ketika do'a kita tidak sukses terkabul berarti sangat mungkin ada sesuatu yang terlewatkan atau terlupakan.
Kita seringkali menafsirkan do'a itu adalah dengan menengadahkan tangan atau berbicara pada Tuhan sambil menyebutkan permohonan kita... padahal Do'a itu harus dilakukan secara total dan sungguh-sungguh baru bisa terkabul... artinya ketika kita memiliki mimpi lalu berdo'alah dengan lisan kita dengan menyebutkan do'a kita, lalu berdo'alah dengan fikiran kita dengan memperkuat dan memperjelas mimpi dan do'a kita serta memikirkan semua cara, langkah dan jalan untuk menuju terwujudnya do'a kita, lalu berdo'a dengan hati kita dengan memperkuat keyakinan pada janji dan kuasa Tuhan Sang Maha bahwa do'a kita akan pasti akan terkabul plus tingkatkan semangat untuk mewujudkannya... terakhir yang paling penting adalah berdo'a dengan raga kita, mulai langkahkan kaki kita dan gerakan tubuh kita untuk kita arahkan menuju terwujudnya do'a kita dan ikuti prosesnya dengan penuh keshabaran...
Setelah semua proses do'a itu kita lakukan maka selanjutnya adalah kuasa dan kasih sayang Tuhan yang bekerja, Dia akan memerintahkan semesta raya untuk tunduk dan mewujudkan do'a kita dengan cara2 yang kita sendiri tidak akan mampu membayangkannya...Dengan do'a dan usaha yang sungguh-sungguh Everything is possible ...

Pondok Ganesha 15
02 Desember 2010

Kamis, 14 Juli 2011

SI PANDIR DI KAMPUNG DUGEM

Sang Pandir adalah seorang musafir yang sedang mencari jawaban atas segala pertanyaan...

Dalam perjalanannya sang pandir singgah di sebuah kampung, yang bernama kampung DUGEM, yang sungguh bila dipandang sepintas tak ada sedikitpun kebaikan di dalamnya...seluruh penduduk disitu tak pernah lepas dari maksiat...terutama bila malam tiba...kampung itu berubah menjadi sebuah pusat keramaian maksiat...minuman keras sudah menjadi menu utama di kampung itu...aurat begitu murahnya dipertontonkan dan diperjualbelikan...setiap tamu yang datang ke kampung itu hanyalah sekedar untuk memuaskan nafsu dan syahwat mereka...

Namun sungguh tak di duga banyak hal yang membuat si pandir sangat takjub dibuatnya...dia bertemu dengan seorang wanita yg merupakan tetua bagi kaum wanita disitu...walaupun dalam kondisi mabuk berat dia masih mampu dengan lancarnya melafalkan hafalan surah Yaa Siin hingga selesai...tak sedikit dari penduduk kampung itu yang ternata tak pernah meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang hamba...tak sedikit pula dari mereka yg rajin menjalankan ibadah2 sunnah...beberapa warga di kampung itu merupakan anak2 dari pemuka agama...bahkan salah satu warga merupakan cucu dari seorang pemuka agama yang cukup dikenal diseantero negeri, yg juga merupakan tokoh pujaan sang pandir...

Dibalik semua cela yang mereka perbuat, Banyak dari mereka adalah seorang ibu yg berjuang menghidupi dan memperjuangkan hidup anak2nya meskipun harus mengorbankan diri dan harga dirinya...ketika tak ada pilihan yang dimiliki, dikala tak seorangpun mau mengulurkan tangan...sedangkan roda kehidupan harus terus berputar sementara bahan bakar tetap harus dibeli...yg akhirnya memaksa mereka mengambil jalan ini...atau tak sedikit dari mereka yg memang sudah terlahir di lingkungan ini, dan tumbuh besar dalam lingkungan yang sama...sehingga pada akhirnya mau tak mau mereka harus menjadi pribadi yg mengikuti adat...padahal bila ditanya dan disuruh memilih...kebanyakan mereka pasti ingin bisa keluar dari lingkungan itu...

Disalah satu malam sang pandir teringat sebuah kisah yang menceritakan tentang kisah sang Iblis, yang konon pada awalnya sang iblis memiliki kedudukan paling terhormat di sisi Tuhan, dimana sang iblis merupakan penghulu para malaikat, namun hanya karena dia tak mau disuruh bersujud kepada Adam karena merasa lebih mulia...padahal dimata Tuhan semua mahluk adalah sama kedudukannya...maka pada saat itu Tuhan menghinakan iblis dan menjadikannya mahluk yang paling rendah kedudukannya...

Sang Pandir jadi berfikir...sesungguhnya...semua manusia adalah sama disisi Tuhan, jadi tak ada hak sedikitpun bagi siapapun untuk menghinakan seseorang, karena apa yang ia perbuat...sebab yang hina bukanlah manusianya tetapi hanyalah perbuatannya semata...padahal sungguh tak seorangpun di dunia ini yang menginginkan dilahirkan dan hidup dalam lembah dosa...tetapi keadaanlah yang memaksa...meskipun pada akhirnya manusia diberi akal untuk dapat merubah jalan hidupnya...dan ketika kitapun menjadi orang yang terjauh dari lembah dosa bahkan menjadi seorang ahli ibadah...sesungguhnya itu adalah karunia Tuhan untuk kita...karena kita tidak diposisikan oleh Tuhan berada dalam posisi mereka...

Jadi ketika kita menghinakan orang lain atas perbuatan seseorang, pada saat itu sesungguhnya kita merasa lebih baik atau mungkin lebih mulia dari orang yang kita hinakan...lalu bila melihat kisah iblis di atas apa bedanya kita dengan Iblis...ketika kita menganggap rendah profesi atau kedudukan sosial se2orang, berarti kita merasa lebih tinggi dari orang itu, padahal tak seorangpun yang mau terlahir dalam kondisi miskin atau rendah kedudukannya... lalu pada saat itu apa bedanya kita dengan Iblis...dan ketika kita membeda2kan perlakuan kita kepada orang-orang yg statusnya di bawah kita atau bawahan kita lebih rendah dari diri kita, orang-orang yang kita anggap setara atau lebih tinggi dari kita...pada saat itu pula apa bedanya kita dengan Iblis...

Selanjutnya sang pandirpun berfikir lagi...sungguh dirinya seharusnya bersyukur karena tidak dilahirkan dalam lingkungan yang memaksanya menjadi ahli maksiat...bahkan dia dilahirkan dilingkungan ahli ibadah...juga tidak diposisikan dalam kondisi yang memaksanya untuk berbuat maksiat...bahkan dirinya menjadi orang yang sedikit mengerti aturan agama, dan bisa beribadahpun sudah merupakan karunia terbesar yang Tuhan anugerahkan untuknya...lalu apakah pantas dia meminta pamrih pada Tuhannya atas ibadah yang ia perbuat, walaupun itu berupa setitik pahala...apalagi sampai berharap syurga...

Demi menyadari kesalahannya selama ini pada saat itu pula sang pandir tersungkur bersujud ke hadapan Tuhan...meraung memohon ampunan atas segala khilaf dan dosanya selama ini...serta melantunkan puji-pujian syukur atas anugerah nikmat yang selama ini ia lalaikan...serta atas nikmat Tuhan yang telah mengajarkannya atas arti hakiki sebuah ke ikhlasan...


Bandung, 04 Agustus 2009

Pertapaan Pangestu Imani

Selasa, 12 Juli 2011

TENTANG PERBEDAAN


Saya membaca dalam buku suci Tuhan berfirman "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal..."

Yah Tuhan sengaja menciptakan perbedaan dalam alam semesta, ada siang, ada malam, ada panas, ada dingin bahkan manusia diciptakan dengan berbagai perbedaan dalam hal adat, perilaku, bahasa, pola fikir hingga taraf ekonomi agar terjadi keseimbangan, agar kehidupan menjadi lebih indah dengan segala perbedaannya, begitupun ketika Tuhan ciptakan agama sebagai pegangan dan petunjuk bagi umat manusia agar hidup dapat berjalan penuh harmoni...untuk itu Tuhan memberi kita akal dan hati pada kita untuk menjalani kehidupan ini, dan agar dapat menangkap sinyal-sinyal dan ayat-ayat Tuhan baik dalam kitab suci maupun dalam semesta raya...

yang saya heran Tuhan pun tak pernah membeda-bedakan hamba-hambaNya, apakah itu status sosialnya, ras dan keturunannya ataukah dari idealismenya, semua Tuhan beri rejeki tanpa kecuali, bahkan yang saya tau Tuhan tak pernah memaksa hamba-Nya untuk memeluk agama, semua pilihan diserahkan pada hamba-Nya sendiri untuk menentukan keyakinan-Nya.

Tapi kok manusia mengelompok2an dirinya sendiri, menjauhi, mencela, mencaci maki bahkan memusuhi golongan lain yang tidak sama dengannya, baik ras, adat, idealisme maupun keyakinannya. Bahkan tidak sedikit orang yang mengatasnamakan agama tertentu menganiaya golongan lain yang tidak sefaham dengannya, bahkan yang lucu agama yang dianutnya adalah sama hanya pola pemahaman tentang penafsiran ayat2 Tuhan atau sabda sang Nabi yang berbeda...

Saya yakin semua orang akan merasa keyakinan yang dianutnya adalah yang paling benar, dan meyakini semua kebenaran yang diyakininya adalah yang paling benar. Bukan saya menganut faham kebenaran yang relatif sehingga mengaukui dan membenarkan semua kebenaran yang dianut oleh semua orang, yang akhirnya sy tidak memiliki kebenaran yang menurut saya paling benar... Namun setiap orang berhak menentukan dan menjalankan kebenaran yang diyakininya...

Dan saya yakin semua orang ingin keyakinannya dihargai dan dihormati, meskipun tidak menutup kemungkinan setiap orang akan merubah arah keyakinannya akan sebuah kebenaran dengan kebenaran yang dianggap lebih baik dan lebih benar dari keyakinannya yang dianut sebelumnya... dan kita pun diajarkan Tuhan untuk mengajak sesama manusia untuk dapat hidup dalam toleransi dan kebijaksanaan agar tercipta harmoni dalam kehidupan...

Yang saya tau dengan kebodohan saya ini Tuhan mengajak kita untuk saling menjaga, menghormati, membahagiakan dan hidup dalam kerukunan... Bukankah Tuhan mengajarkan kita untuk menegur, mengajak ataupun menasihati orang lain dengan cara yang penuh kebijaksanaan, intelek, keteladanan dan penghormatan...

Perbedaan sesungguhnya sangat lah indah, penuh warna dan saling membuat kehidupan ini begitu lengkap... bayangkan bila kita hidup tanpa perbedaan... apabila semua orang sama bagaimana kita bisa membedakan orang lain, tak akan ada si kaya tanpa simiskin, tak akan ada si elok rupa tanpa si buruk rupa, tak ada bos tanpa karyawan, tak ada si kuat tanpa yang lemah...hidup akan begitu sangat membosankan...
Marilah kita belajar menghargai dan mencintai perbedaan, dan kita ciptakan harmoni yang indah dengan mencari kelebihan dari setiap perbedaan yang kemudian akan saling melengkapi kelemahan yang lainnya...
Hidup ini sebenarnya sangatlah sederhana, namun kita sendirilah yang mempersulitnya dengan ego, nafsu, keserakahan dan kepicikan kita sendiri...

Salam
Ganesha 15

ROAD TO SUCCESS

Dulu waktu saya masih duduk dibangku SD (padahal sekarang juga saya masih ngalamin duduk2 dibangku sekolahan SD pinggir rumah saya) saya punya langganan pedagang es kaki lima (coba tebak kira2 makhluk apa ya yang punya lima kaki?) yang saya udah lupa namanya, saya inget pernah mengajukan beberapa pertanyaan ama dia soal apa sih cita2 dia?

Dia cerita, dia pengen punya duit buat beli roda sendiri, soalnya selama ini roda yang dia pake dagang dapet sewa, jadi kalo dapet untung harus dikurangin buat bayar roda,malah gak jarang kalo musim hujan dagangan dia sepi,jadi duit yang dia dapet buat bayar sewa roda aja gak cukup…

soal no.2:mang kalo udah punya roda kira2 pengen apa lagi?
Dia bilang kalo udah punya roda sendiri dia pengen punya modal buat bikin es sendiri, soalnya selama ini dia jualan dagangan orang, ya otomatis keuntungannya makin sedikit aja,soalnya harus di share sama yang punya roda and yang punya dagangan…

soal no.3: mang kira2 seandainya Tuhan kasih rejeki yang banyak, pengen jadi apa sih?
Kata dia seandainya Tuhan kasih dia banyak rejeki, dia pengen punya banyak roda buat disewain atau bisa jadi juragan es, ya syukur-syukur kalo bisa dua2nya, ya jadi juragan es,ya jadi juragan roda jg… katanya lagi kalo dia bisa jadi juragan kayak gitu dia bakalan bawa temen2 sekampungnya buat jualin dagangannya tanpa harus bayar sewa roda, soalnya dikampungnya banyak banget orang-orang pengangguran yang SD aj gak lu2s kayak dia,jadi jangankan ijasah, keahlian yang bisa dijual jg nggak ada, mau usaha juga gak punya modal. Makanya buat ngewujudin impiannya dia berusaha nyisihin hasil jualannya walaupun Cuma sedikit demi sedikit…

Pas saya udah du2k dibangku kuliah saya keingetan lagi obrolan sama pedagang es langganan saya itu, terus saya jadi mikir, simple banget ya cita2 dia, cita2nya sesuai dengan kondisi&kehidupan yang dia jalanin, gak muluk2 dan gak terlalu sulit buat diwujudinnya…saya mikir kalo dia sukses ngumpulin duit sampe akhirnya dia punya punya roda sendiri, duit yang biasa dia sisihin buat sewa roda bisa tetep dia sisihin buat modal produksi es sendiri, so kalo udah punya roda sendiri dan produksi es sendirikan tinggal ngumpulin duit buat modal nambah jumlah roda dan jumlah produksi secara bertahap, dan jadilah dia juragan buat dirinya dan para pedagang yang jadi anak buahnya, dan berkuraglah jumlah pengangguran di kampungnya…

Dari sini saya dapet pelajaran yang sangat berharga banget buat hidup saya…
1. Ada pepatah yang nyebutin gantungkanlah cita2 setinggi langit, qt boleh mimpi jadi apapun, tetapi harus diimbangi dengan keyakinan dan usaha yg seimbang,klo nggak efek negatifnya kalo gak kesampaian akhirnya kita bisa kena virus stress dan menjadi seorang pemimpi.Kita harus membuat mimpi kita jadi  realistis apalagi kalo kamu pernah belajar yang namanya analisis SWOT, maka kamu pasti belajar bahwa kalo kamu punya tujuan harus sesuatu yang sesuai dengan kapasitas kita, karena kalo nggak bukan Cuma cita2 yang ngegantung, tapi gak nutup kemungkinan malah qt nekat gantung diri…wuiiihh Seree…m!!!! Makanya kita harus terus naikin kapasitas diri kita buat bisa wujudin semua mimpi2 kita.

2. Si ma2ng penjual es Itu, walaupun hidupnya sendiri serba sulit tetapi dia bisa mensyukuri dan menikmati kehidupannya, udah gitu masih mau mikirin dan meerhatiin kesulitan orang lain. Di sisi lain banyak saya lihat orang yang hidupnya serba terfasilitasi bahkan hartanya berlebih, tapi dia selalu merasa kekurangan sehingga dia gak bisa ngerasain kenikmatan hidup yang sesungguhnya, karena secara gak sadar dia udah jadi budak materi, boro2 dia bisa mikirin kesulitan orang lain hidupnya aja masih kesulitan…

3. Yang jadi masalah dalam hidup ini bukan bagaimana cara kita mencari kenikmatan hidup, tetapi bagaimana cara kita bisa nikmatin hidup ini bagaimanapun caranya. Udah gitu bukan hanya berfikir kita mencari keuntungan dari orang lain, tetapi bagaimana kita bisa berbagi dengan orang lain, soalnya kalo kamu udah bisa berbagi sama orang lain, berarti sebenarnya hidup kita ini sudah lebih dari cukup and gak perlu ngerasa kekurangan lagi. Jadi gak ada alasan buat kita gak bisa nikmatin hidup ini…

4. Kalo bikin cita2 sebisa mungkin bikin tahapan2 target, kayak si ma2ng penjual es, dia pengen jd juragan yang punya banyak roda&bisa produksi es sendiri, Cuma sebelum sampe kesitu dia Cuma bikin target punya roda sendiri dulu, baru yang lainnya nyusul step by step, jadi jelas apa yang kudu qt prioritasin buat diwujudin and bakal lebih mudah buat nentuin langkah2 yang harus ditempuh. Selain itu setiap kali qt bisa sukses mencapai tiap tahap, so pasti qt bakal ngerasain sensasi kepuasan&kenikmatan hidup, udah gitu qt jg bakal terus punya cita2 yg baru and qt jg bakal pasti bisa semakin merasa beryukur akan apa yang qt dapat…

5. Ternyata gak Cuma orang-orang berpendidikan dan orang2 sukses aja yang bisa di jadiin sokoguru buat kehidupan,bahkan seorang pedagang kaki lima yang gak berpendidikan jg bisa jadi guru buat kehidupan. Bahkan kalo saya gak salah baca, Ir. Soekarno menjadi besar dengan ajaran marhaenismenya karena belajar dari seorang petani kampung bernama marhaen…(maap ya klo salah)

6. Ternyata saya baru sadar kalo sebenernya dari kecil saya udah punya bakat jadi wartawan ato intelijen yg pinter ngorek-ngorek keterangan dari orang…??!!! Guubraag (Virus N 4 R 5 1 5 mulai bereaksi)

MAKASIH BANYAK YA MAMANG PENJUAL ES, Semoga suatu saat Allaah ngasih qt kesempatan buat ketemu lagi...
Pertapaan Aster 81, Februari, 2009

Salam

Menembus Batas

Sekelumit kisah yang mungkin dapat dijadikan pelajaran, suatu hari dalam perjalanan menuju Kota Kendari Sulawesi Tenggara, saya bertemu seseorang di Pesawat, dia bercerita tentang kehidupannya, dia adalah pejabat di sebuah perusahaan besar, secara financial seharusnya dia adalah orang yang sangat berkecukupan, karena selain gaji pokoknya yang sangat besar, dia pun masih mendapatkan keuntungan dari (maaf) uang suap kontraktor rekanan perusahaan, mark up harga pembelanjaan dan lain-lain, tetapi kehidupannya sungguh tragis, rumah tangganya hancur, anak-anaknya ada yang terjerumus pergaulan bebas dan narkoba, ada yang sakit-sakitan, ada yang sekolahnya hancur, bahkan isterinya hanya bisa berfoya-foya dan bermain serong. Dia sendiri terkena penyakit komplikasi yang membuat dia harus malakukan cuci darah seminggu sekali, dan hanya bisa makan makanan tertentu saja, ironisnya sampai sekarang rumah dan kendaraan yang dimilikinya masih dalam masa angsuran…

Satu lagi kisah yang sangat kontradiktif dengan kisah di atas, tentang seorang mantan pedagang kaki lima, penghasilannya sangat minim, tetapi hidupnya tenang, tentram, aman dan damai, anak-anaknya sukses menjadi sarjana, ada yang menjadi pengusaha dan ada juga yang bekerja di perusahaan asing, semuanya sangat taat beragama, dan berbakti kepada orang tua, rumahnya walaupun kecil tetapi milik sendiri, sekarang dia menghabiskan sisa usianya dengan konsentrasi memperbanyak ibadah, ketika Saya Tanya bagaimana Bapak mengatur hidup ini, Dia hanya menjawab : “dari dulu saya tidak pernah berusaha untuk mengatur hidup ini, tetapi saya selalu berusaha bagaimana saya hidup mau diatur oleh Allah dan mau mengikuti aturan Allah…” dalam hidupnya dia selalu berusaha untuk berserah diri secara utuh kepada Allah, dia serahkan segala hidup dan kehidupannya kepada Allah, sebagai manusia dia hanya bisa berusaha sebatas kemampuannya, sisanya dia pasrahkan kepada Allah, selain itu dia selalu berusaha mensyukuri apapun yang Allah berikan kepadanya, sehingga dia tidak pernah merasa kurang dalam hidupnya, dia senantiasa merasa cukup, dan dia bisa menjalankan kehidupan ini dengan penuh keikhlasan.

Ketika masalah melanda hidup kita, seringkali kita menyesali hidup, merasa hidup kita paling menderita dan tidak jarang kita menyalahkan Allah, hingga kita memvonis bahwa Allah telah berbuat tidak adil pada kita, bahkan menganggap Allah tidak pernah ada untuk kita disaat kita membutuhkan-Nya. Allah SWT berfirman :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqoroh:186)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (Q.S.Al-Baqoroh:152)

Jadi yang patut kita pertanyakan bukanlah jarak kedekatan Allah dengan kita, tetapi berapa jarak kedekatan kita dengan Allah? Artinya sampai sejauh mana usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Allah, seberapa sering kita mengingat Allah, seberapa sering kita melibatkan Allah dalam rutinitas hidup kita, serta seberapa besar usaha kita dalam menjalankan aturan-aturan Allah, baik perintah maupun larangan-Nya sehingga kita menjadi hamba yang layak diingat, diperhatikan dan dicukupi oleh Allah?
Rasulullah SAW mengajarkan kita (ibda’ bi bismillaah) awalilah segala aktivitas gerak langkah dan kata kita dengan mengucapkan bismillaahirrohmaanirrohiim, dengan mengucapkan kalimat ini, kita bukan hanya sekedar mengharapkan berkah, tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan karya yang positif.

Menurut para mufassir kata " bi" yang diterjemahkan “dengan” oleh para ulama dikaitkan dengan kata “memulai”, sehingga pengucap bismillaah pada hakikatnya berkata: “Dengan (atau demi dan bersama) Allah saya memulai (pekerjaan ini).” Apabila Anda menjadikan pekerjaan anda “atas nama”,“demi” dan "bersama" Allah, maka pekerjaan tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain, karena ketika itu anda telah membentengi diri dan pekerjaan anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi, karena secara otomatis andapun akan merasa muroqobah (senantiasa diawasi oleh Allah).

Kata "bi" juga dikaitan dengan “kekuasaan dan pertolongan” Allah, sehingga bagi si pengguna bismillaah dia menyadari bahwa sesungguhnya setiap pekerjaan yang dilakukannya hanya dapat terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, didalam jiwa si pengguna akan tertanam kesadaran akan rasa kelemahan di hadapan Allah SWT. Dan pada saat yang bersamaan akan tertanam pula kekuatan, rasa percaya diri, dan optimisme karena ia merasa mendapatkan sokongan, bantuan dan kekuatan dari Allah yang merupakan sumber segala kekuatan. Apabila setiap pekerjaan dilakukan atas bantuan Allah maka pasti ia akan menjadi sempurna, indah baik dan benar karena sifat-sifat Allah “berbekas” pada pekerjaan tersebut.

Allah adalah Sang pemilik kesempurnaan yang Maha sempurna, termasuk kesempurnaan sifat-sifatnya. Ada dua sifat yang ditekankan dalam kalimat bismillaah ini, yaitu al-Rahmaan dan al-Rahiim, al-Rahmaan adalah sifat Allah yang menggambarkan kasih sayang Allah kepada alam raya termasuk manusia baik yang beriman maupun tidak dengan memberikan curahan rahmatnya secara aktual. Sedangkan al-Rahiim adalah sifat Allah yang menggambarkan kasih sayang Allah yang hanya dicurahkan kepada mereka yang beriman dan akan diberikan setelah di akhirat kelak.

Ucapkanlah bismillaah pada saat Anda akan bekerja, niscaya pekerjaan yang Anda lakukan akan menjadi indah, mudah dan benar, karena kasih sayang Allah akan tercurah pada setiap alat yang anda pergunakan, jalan yang anda lalui dan proses yang anda jalankan. Sertakanlah Allah dengan diawali mengucapkan bismillaah pada setiap gerak, langkah dan seluruh kegiatan Anda, agar kasih sayang Allah tercurah kepada Anda, dan anda pun mampu mencurahkannya kepada yang lain.

Tanamkanlah dalam hati dan jiwa kita prinsip “Dari, Untuk dan Bersama Allah”, artinya tanamkan dalam hati kita keyakinan bahwa hidup ini berasal dari Allah, karena itu Allah lah yang memiliki kuasa mutlak atas hidup dan kehidupan kita. Maka dari itu sadarilah bahwa sesungguhnya hidup ini milik Allah, maka jadikanlah tujuan hidup kita hanya untuk Allah. Bila kita sudah menjadikan Allah sebagai tujuan hidup kita, maka bawalah selalu Allah dalam segala aktivitas kita dan ikutilah aturan main yang telah ditunjukan oleh Allah, niscaya Allah akan senantiasa membantu kita, dengan kuasanya tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita, semua masalah menjadi mudah, kehidupan kita akan terasa indah, hilanglah segala rasa susah, resah dan gelisah, serta hidup kita bertabur berkah, maka masa depan pun menjadi cerah.

Salah dan keliru jika kita beranggapan bahwa “lima kali lima sama dengan dua puluh lima” baik dengan ataupun tanpa melibatkan Allah,ingatlah bahwa kuasa Allah adalah absolut, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, bila Allaah berkata kun (Jadi) fayakun (Maka jadilah ia). Selain itu paling tidak jumlah tersebut diucapkan dan dipaparkan dengan lebih indah dan lebih baik, sementara bila tanpa melibatkan Allah jumlah tersebut dalam catatan mungkin tetap dua puluh lima, tetapi dalam kenyataanya hanya ada dua puluh, yang sebagian mungkin tercecer ke kantong orang yang enggan sertakan Allah.

Pertolongan Allah akan datang pada siapapun yang mampu berserah diri kepada Allah, bagi mereka yang beriman dan berserah diri kepada Allah, maka Allah berfirman :

"Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman." (Q.S. Ash Shaff : 13)

“…Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal (Berserah diri) lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Q.S. Ali-Imron:159)

“…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar # Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Ath Tholaq : 2-3)

Maka dari itu Sertakanlah selalu Allah dalam setiap gerak langkah dan kata kita, dalam setiap aktivitas dan rutinitas kita...maka kuasa dan kasih sayang Allah kan senantiasa menyertai kita...hingga semuanya kan menjadi lebih mudah dan lebih indah...Wa Allahu a’lam bi al showab, Maha benar Allah Sang pemilik keindahan yang maha sempurna atas segala petunjuk, kuasa dan kasih sayang-Nya.

Duhai Robbi sungguh hamba adalah seonggok jasad yg tak mampu melakukan apapun kecuali atas izin-Mu,hamba adalah sang pandir yang tidak mengetahui apapun kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku,dan hamba sang faqir yang tak memiliki apapun kecuali apa yang telah Engkau amanatkan kepadaku...

Salam
Pertapaan Pangestu Imani
16 Juli 2009

RAHASIA DIBALIK UJIAN



Entah kenapa saya suka sekali melakukan perjalanan, berkelana menjelajahi daerah-daerah baru di pelosok tanah air, bukan untuk melihat daerah wisata atau tempat-tempat bersejarah, tapi saya suka sekali melihat perilaku sosial dan budaya masyarakat setempat, mencari kearifan budaya local yang masih lestari ataupun melihat adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat untuk kemudian saya renungi dan saya ambil pelajaran.
Saat itu saya melakukan perjalanan mengunjungi 7 kota/kabupaten di daerah Jawa Tengah, dimulai dari Solo, Sragen, Yogyakarta, Purworejo, Kebumen, Cilacap dan Purwokerto. Dalam perjalanan kali ini saya belajar banyak dari orang-orang luar biasa yang saya temui, terutama saya belajar tentang ketegaran dan keikhlashan dalam menjalani ujian kehidupan.
Saya yakin sesungguhnya Tuhan emang bener-bener menginginkan kita menjadi hamba yang kuat dan gak memiliki kelemahan...karena itu Tuhan selalu menguji hambanya pada titik kelemahannya...dengan tujuan buat terus melatih diri hambanya agar pada akhirnya kelemahan itu sirna...dan berubah menjadi kekuatan... Tuhan menguji manusia sesuai dengan titik batas akhir kemampuannya...maka dari itu wajar apa bila setiap orang merasa masalahnya begitu berat, merasa paling berat bahkan gak sedikit yang merasa paling menderita...kalo kita ibaratin orang angkat beban...seseorang mampu mengangkat beban 25 kg, jadi kalo dia dikasih beban 25 kg udah pasti bisa angkat tuh beban, cuman karena tuh beban berada pada kapasitas maksimal kemampuan orang itu maka pasti orang itu bakalan susah payah
mengangkatnya, tapi pasti bisa...kalo orang itu sering2 dikasih beban yang sama...lama2 dia akan mudah mengangkatnya...dan pada saat itu dia ga sadar kalo sesungguhnya kekuatannya udah bertambah...Hanya bila kita yakin bahwa Tuhan menguji manusia sesuai dengan batas kemampuannya...sehingga meskipun pasti terasa sangat berat dan harus bersusah payah memikulnya...tapi dengan Dengan Berdo‟a, Berusaha, Bersyukur, mau Berbagi dan Berserah diri kita pasti bisa melaluinya...

Maha Suci Engkau Wahai Zat yang Menguasai setiap Jiwa dengan segala Kuasa, Cinta dan Kasih Sayang-Mu...

Pertapaan Pangestu Imani,
 03 Juli 2009

RODA YANG TERUS BERPUTAR


Hari ini saya kedatangan seorang client, dia seorang mantan konglomerat, yang pernah mencapai puncak kejayaannya di era orde baru, saat ini dia dalam keadaan yang jauh bertolak belakang bagaikan bumi dan langit bila dibandingkan dengan keadaan di masa keemasannya, dulu dia memiliki kekayaan mencapai milyaran rupiah dengan nilai mata uang saat itu, yang bila dikonversikan dengan nilai saat ini bisa melebihi satu trilyun rupiah, namun saat ini dia hanya mengontrak rumah sepetak, dia berkonsultasi dan mengeluhkan segala keperihan hidup yang dialaminya. Saya jadi teringat sebuah kisah tentang sebatang pohon.

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan.

Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.
Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.
Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.

Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit...cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit...cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini", gumam sang pohon dengan berbinar.
Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

                                                                                *******
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (3 : 190)

“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (59:82)

Sesungguhnya dalam setiap kejadian dan peristiwa ada komunikasi Allah dengan kita, Allah berbicara dengan seluruh hambanya melalui ciptaannya, namun kebanyakan dari kita tidak bisa atau mungkin tidak berusaha untuk memahaminya. Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita. Allah tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi Allah memberi apa yang kita butuhkan...

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka disaat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Dalam kisah ini setidaknya ada beberapa hikmah yang ingin saya bagi. Dalam setiap ujian dan bencana sesungguhnya Allah sedang berbicara kepada kita...

a. Allah berbicara tentang kekuasaan- Nya... betapa Kuasa Tuhan itu Maha mutlak... tak ada yang dapat menentang dan menahan apa pun yang Tuhan kehendaki

b. Tuhan ingin menunjukkan kepada kita, betapa sesungguhnya kita ini begitu lemah dan tak berdaya... semua yang ada dalam diri dan hidup kita adalah milik Tuhan, dan Tuhan berhak mengambilnya kapan saja Dia mau... tubuh yang sehat dan sempurna bila Tuhan berkehendak menjadi lumpuh dan tak sempurna apa yang dapat kita lakukan... harta melimpah yang kita miliki bila kata Allah hilang/habis maka akan hilang seketika... kekuasaan yang kita miliki bila kata Tuhan runtuh maka runtuhlah seketika... kecerdasan dan ilmu yang kita miliki bila Tuhan ingin mengambilnya maka kita pun akan lupa seketika.... bila Tuhan berkehandak segala usaha yang kita lakukan gagal, maka kita tidak akan pernah untuk dapat mencapai kesuksesan... begitupun sebaliknya... sesungguhnya kita tidak memiliki apapun, tidak mampu apapun dan tidak mengeahui apapun... lalu masihkah kita pantas untuk menyombongkan diri... atau menganggap hina dan rendah orang lain...

c. Seringkali kita berburuk sangka kepada Tuhan... hanya karena hidup kita tidak seperti apa yang kita inginkan, atau do'a kita yang tidak juga terkabulkan... padahal sesungguhnya Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk kita... Tuhan memang seringkali tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi Tuhan akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan... dan sungguh Tuhan Maha Mengetahui kapan waktu terbaik do'a seorang hamba dikabulkan... karena kasih sayang Tuhan h sengaja diturunkan pada saat waktunya telah tiba... sebab Tuhan Maha Tahu bahwa segala sesuatu akan menjadi indah bila pada saatnya tiba.Yakinlah, suatu saat kita akan sangat bersyukur atas segala tempaan hidup yang kita jalani melalui segala ujian yang kita hadapi, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Tuhan, selalu bersama orang-orang yang sabar dan berserah diri.



Wallaahu a'lam
Pertapaan Aster 81
17 Oktober 2009

HATI SELUAS SAMUDERA TANPA TEPI



Hari ini saya kembali diundang seorang client seorang manager outlet sebuah restaurant asing ternama yang franchisenya sudah menyebar di berbagai penjuru negeri ini, untuk kesekian kalinya dia mengundang saya hanya sekedar ingin menumpahkan segala beban yang memberati hati dan fikirannya, yang menurut saya saat itu sih sebenernya bukan masalah yang terlalu berat, karena banyak sekali client saya yang jauh lebih kompleks dan parah masalahnya, namun itu adalah hal yang wajar, karena setiap manusia itu kan menerima ujian pada batas kemampuannya, tentu saja efeknya dia akan merasa sangat kepayahan memikulnya, meskipun klo dia mau berusaha dia pasti bisa memikulnya. Hari itu saya ceritakan padanya kisah tentang segenggam garam :

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. "Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..", ujar Pak tua itu.
"Pahit. Pahit sekali", jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua

orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi,

"Bagaimana rasanya?".

"Segar.", sahut tamunya.

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.

"Tidak", jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. "Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas,

buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan "segenggam garam", untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.
                                                                           ***************
Saya yakin setiap orang pastilah merasa masalahnya sangat berat, dan merasa paling berat... hal itu karena masalah yang mereka dapat memenuhi kapasitas dirinya dalam menerima beban... Kapasitas diri manusia sesungguhnya bisa tidak terbatas... yang membatasi adalah nafsu dan ke ego an diri... ketika manusia menetapkan harga diri yang terlalu tinggi, dan dia menginginkan proses kehidupan berjalan sesuai kehendak nafsu dan akal pribadinya... maka pada saat itu dia sedang memperkecil kapasitas dirinya... sehingga sekecil apapun masalah yang dihadapinya akan membuatnya sangat menderita...

Berbeda halnya dengan orang-orang yang mampu berserah diri... dan menyadari bahwa sesungguhnya dia hanyalah manusia yang tidak memilki dan mampu berbuat apapun kecuali dengan izin Sang Pencipta... sehingga dia akan memiliki kesadaran bahwa hidup dan kehidupannya adalah berjalan sesuai kehendak sang pencipta... dia hanya mencoba menjalani hidup sesuai kodrat yang telah di garis kan oleh Sang Kholiq... hanya berencana dan berusaha melakukan yang terbaik... tanpa terbebani perasaan apa yang dilakukannya wajib sukses (Meskipun sesungguhnya Tuhan tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya)... semuanya dia serahkan pada kehendak Sang

Pencipta... maka dialah orang-orang yang hatinya ikhlash dan akan memiliki hati seluas samudera yang tidak dibatasi oleh ambisi, egoisme dan keangkuhan diri... sehingga walaupun segudang garam dimasukkan kedalamnya... airnya tetap tawar dan menyegarkan... airnyapun tenang namun menghanyutkan... hanya badai dahsyat yang mampu membuat gelombang didalamnya untuk kemudian menjadi tenang kembali...

Duhai Tuhan... Jadikanlah kami termasuk kedalam golongan hamba-hamba-Mu yang ikhlash dan berserah diri...


Wallahu a'alam
Pertapaan Aster 81
20 Oktober 2009