Saya teringat waktu suatu hari saya diundang untuk memberikan sebuah training tentang motivation of achievement oleh sebuah perusahaan, setelah sesi training tadi berakhir, beberapa peserta meminta waktu saya buat sedikit sharing, kalo istilah anak muda sekarang mereka mau curcol alias curhat colongan tentang pressure yang mereka dapet di perusahaan itu. Lalu saya menjawab pertanyaan mereka dengan menceritakan Kisah tentang Wortel, Telur dan Kopi :
Suatu hari seorang Pemuda datang pada seorang bijak dan mengeluh padanya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Sang Bijak membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si pemuda membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang bijak. Setelah 20 menit, sang bijak mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada pemuda itu, “Apa yang kau lihat ?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si pemuda. Sang Bijak mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Sang bijak lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, Sang bijak memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si pemuda bertanya, “Apa arti semua ini?”
Sang bijak menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya Sang bijak. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”
*************
Kalo kita mau mengkaji ada orang-orang yang sukses, ada yang gagal, ada yang memiliki mental pejuang yang selalu fight menghadapi segala tantangan hidup, dan ada yang menjadi pecundang yang kerjanya hanya berkeluh kesah dan menganggap dirinya selalu dirundung derita. Sesungguhnya baik orang gagal maupun orang sukses sama-sama memiliki ujian yang sama, ketakutan, kekurangan, kehilangan dan kesakitan, hanya wujudnya saja yang berbeda.
Yang membedakan antara orang sukses dan orang gagal adalah dari bagaimana cara menghadapi dan memaknai ujian hidup yang dimilikinya, apakah dia melihatnya dan menjalaninya secara positif atau secara negatif? orang gagal selalu berusaha mencari alasan, dan menyalahkan orang lain atau keadaan untuk menutupi kelemahan, ketidak mampuan, kesalahan dan ketakutannya, sedangkan orang sukses selalu berusaha memperbaiki diri dan mengkoreksi diri ketika ujian menimpanya.Hidup itu adalah pilihan, mau menjadi apa dan seperti apa kita, sesungguhnya kita lah yang menentukan bukan orang lain ataupun keadaan. Bukankah emas tidak akan menjadi perhiasan yang indah sebelum melalui proses peleburan, dan intan tidak akan menjadi intan sebelum proses penggosokan.
Duhai Tuhan jadikanlah aku hamba yang senantiasa berbaik sangka kepada-Mu dan jadikanlah aku hamba yang senantiasa bersyukur.
Salam
Pertapaan Aster 81
Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar