Kamis, 22 Agustus 2013

BERMAIN MONOPOLI SAMA TUHAN


Kebiasaan kalau malem minggu anak-anak muda di daerahku itu pada kumpul-kumpul, menikmati malam yang bisa dinikmati lebih panjang karena besoknya gak ada kewajiban bangun pagi, jadi pada melek bergadang semaleman sampai waktu mendekati shubuh, biasa nya diisi main berbagai permainan kalau gak main monopoli yah main kartu remi atau main poker. Dalam setiap permainan pasti aja ada masanya kena bully, saling ejek, saling ngetawain itu udah biasa, kalah menang juga udah biasa, yang kalah kena hukuman yang menang dapet hadiah. 

Kalau sadar itu cuman permainan kita nikmati semua prosesnya tanpa beban, yang menang dan membully tertawa yang kalah dan dibully pun tetap bisa tertawa. Kadang ada yang dibawa serius, akhirnya main pake emosi, coba-coba main curang, demi bisa menang dan biasanya emosi kalau pas dibully. meski permainan tetep pake strategi, sejago apapun pemain peluang kalah selalu ada, karena selalu ada faktor tak terduga selama permainan, dalam monopoli misalnya, ada kartu kesempatan dan dana umum, kadang kita dpet kartu yang nguntungin kadang kartu yang ngerugiin, begitupun dengan jumlah angka dadu, dan gimanapun usaha menang seorang pemain akan bersinggungan dengan usaha menangnya pemain yang lain.

Sebenernya hidup juga sama halnya dengan permainan-permainan di atas kok, seperti main monopoli aset dan harta yang kita punya kan tetep milik bank, yang menang saat selesai permainan semua aset dikembaliin kan, semua aset itu kita punya hanya selama dalam permainan, kuasa tertinggi itu tetep bank yang punya aturan main, dalam menjalankan hidup sama seperti melempar dadu kita tak pernah tau angka berapa yang akan keluar, kita hanya berusaha melempar sebaik mungkin, apapun hasilnya yah kita jalani, meskipun didalam perjalanan kita tetep main strategi, karena itulah seninya permainan, tentang seni berstrategi dalam menikmati proses dalam permainan.

Dalam monopoli kehidupan Bankir nya itu Tuhan yang memiliki semua aset dan aturan main, kita pemainnya. Celakanya sama dengan orang-orang yang bermain monopoli, ada saja yang memainkannya terlalu serius, emosinya ikutan main, jadi kalau kalah atau hasilnya gak sesuai dia kecewa, stress, emosi, mencoba main curang dan halalin segala cara demi bisa menangin permainan, kalau dibully atau dikalahin temen mainnya emosi dan bawaannya pengen balas dendam, akhirnya lupa kalau itu hanyalah sebuah permainan dan bully membully dalam permainan hanyalah senda gurau belaka. 

Begitu juga hidup ini, kehidupan ini sebenarnya hanyalah permainan dan senda gurau belaka, seperti bermain monopoli, semua aset yang kita miliki itu milik Allah Sang Bankir, beres permainan kita kasih lagi ke Allah, setiap usaha kita sekali lagi seperti melempar dadu yang tak pernah tau apa hasilnya, adapun ilmu yang kita punya adalah untuk bermain strategi mengelola nikmat Tuhan berupa aset dan untuk menyiasati hasil dari setiap lemparan dadu agar kita bisa tetap bertahan supaya bisa terus ikut dalam permainan, selalu banyak hal tak terduga dalam kehidupan ini, yang jelas ingatlah semua hanyalah permainan. Apapun mimpi kita Bismillaah lempar dadu dan apapun hasilnya nikmati saja, tekanan apapun yang didapat terima saja dengan canda tawa karena itu hanyalah senda gurau belaka, apapun yang terjadi nikmati saja, jangan dibawa serius yang penting ikuti aturan main. 

Bedanya bila kita bermain monopoli sama Tuhan siapapun yang bertahan menikmati permainan secara fair sampai akhir, sehabis selesai permainan dalam kehidupan sebenarnya di akhirt Allah kasih hadiah, di traktir masuk Syurga, hidangan di dalamnya all you can eat, dengan full facilities dan full service.

 "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Al-Ankabut ayat 64)
Salam
Pertapaan Aster 81
Dini Hari 16 Syawal 1434 H

Rabu, 21 Agustus 2013

SAMPAN TUHAN


Yaa Tuhan mengapa Engkau tak mengabulkan do'aku, kenapa Engkau tak menolongku?! protes seorang hamba kepada Tuhan saat dia bertemu dengan Tuhannya setelah kematiannya, padahal hamba ini adalah seorang hamba yang sangat shaleh, dia adalah seorang hamba yang benar-benar berserah diri secara total kepada Tuhan, tak pernah ia bergantung, berharap dan meminta kecuali hanya kepada Tuhan. Dan karena keshalehan dan keberserah diriannya itu maka Tuhan selalu menjawab setiap do'anya secara spontan, kecuali hari itu dihari akhir usianya.

Hari itu tiba-tiba badai tsunami menerjang desanya, banyak orang meninggal terbawa arus, kebetulan rumahnya agak jauh dari pantai hingga saat tsunami tiba dia masih sempat naik ke atap rumah untuk menyelamatkan diri, setelah berada di atap rumah kemudian dia berdo'a kepada Tuhan : "Yaa Tuhan hanya kepada-Mu aku bergantung dan hanya kepada-Mu aku berserah diri, maka aku memohon kepada-Mu selamatkanlah aku dengan tangan-Mu."

Tak lama setelah si hamba berdo'a melintaslah beberapa orang dengan sebuah sampan, kemudian yang di sampan berteriak mas ayo cepat naik sampan bersama kami, lihat air sudah semata kaki sebentar lagi air naik, dengan halus si hamba menolak, silakan duluan saya sedang menunggu pertolongan dari Tuhan, maka mereka pun pergi berlalu meninggalkan si hamba, saat air sudah sampai sepinggang si hamba, lewatlah satu sampan lagi dan juga sama seperti sampan yang pertama menawarkan bantuan, mas ayo cepat naik sampan ikut kami sebentar lagi air naik, lagi-lagi si hamba menolak dengan alasan yang sama, dia sedang menunggu pertolongan dari Tuhan, kemudian sampan kedua itupun pergi berlalu, ketika air sudah hampir seleher si hamba lewat lah sampan ketiga dan menawarkan bantuan, tapi dengan alasan yang sama si hamba pun menolaknya, hingga akhirnya sampan ketiga pun pergi berlalu meninggalkannya..

Banjirpun terus naik hingga si hamba tenggelam terbawa arus, pertolongan Tuhan yang diharapkannya pun tak kunjung tiba dan akhirnya dia pun mati tenggelam. Setelah dia mati dia pun bertemu Tuhannya, dan saat bertemu Tuhan dia pun mengajukan protes pada Tuhan :"Yaa Tuhan mengapa Engkau tak mengabulkan do'aku, kenapa Engkau tak menolongku?!" mendengar protes hamba-Nya itu Tuhan pun menjawab : "Apa kamu lupa setelah kamu berdo'a kukirimkan tiga kali hambaku dengan sampannya untuk menolongmu, tapi kamu menolak bantuan mereka, padahal mereka adalah hamba-hamba yang kugerakkan dan kukirimkan untuk menolongmu sebagai jawaban atas do'amu itu."

Cerita di atas hanyalah sebuah cerita fiksi belaka, tapi sadarkah kita seringkali kita mengalami seperti apa yang dialami oleh si hamba dalam cerita di atas, seringkali kita berdo'a tapi kita merasa Tuhan tidak mengabulkan do'a-do'a kita, padahal bisa jadi sesungguhnya Tuhan sudah mengabulkan do'a kita hanya wujud dan tempat pengabulannya tidak sesuai dengan harapan dan bayangan kita, hingga tanpa sadar kita pun menolaknya.

Tuhan memang seringkali menurunkan anugerah-Nya untuk kita di tempat atau dalam wujud yang bertolak belakang dengan ego dan kesombongan kita, agar kita menjadi rendah hati, seringkali dalam berdo'a kita malah mencoba mengatur Tuhan dengan memaksanya mengabulkan do'a yang sesuai dengan harapan dan perrmintaan ego kita, padahal belum tentu hal itu baik dan kita butuhkan, namun Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk kita daripada diri kita sendiri.

Kita memang wajib untuk berdo'a, namun untuk hasilnya biarkanlah Tuhan yang menentukan dengan kehendak-Nya, tugas kita adalah rendahkan hati, buka mata, buka telinga, perhatikan sekeliling kita, bisa jadi Tuhan simpan jawabannya ditempat yang tidak kita duga, bisa jadi ditempat yang paling hina dan menjijikan buat kita, atau bisa jadi Dia titipkan lewat orang yang tak kita duga-duga, bisa jadi lewat orang tua, teman, anak kecil, pengemis atau bahkan mungkin lewat penjahat dan orang gila.

Pelajaran kedua, sampan dalam cerita di atas bisa jadi gambaran dari pertolongan dan teguran Tuhan untuk kita yang tanpa sadar telah melupakan Tuhan, mungkin kita telah terlalu banyak berbuat dosa hingga Tuhan mencoba menolong kita dan menyadarkan kita, walaupun caranya seringkali tak sesuai dengan ego kita, bisa jadi Tuhan gerakkan adik kita, bahkan mungkin orang yang paling kita benci untuk mengingatkan kita, atau lewat sebuah kejadian, kecelakaan, kebangkrutan, atau sakit parah misalnya, saat itu Tuhan sengaja membuat kita tak berdaya agar kemudian kita sadar, saat itu Tuhan sedang mengajak kita kembali pada-Nya. 

Mungkin sudah berkali-kali Tuhan menegur kita, mengirimkan sampan untuk menolong kita, tapi berkali-kali pula kita mengabaikannya. Pertanyaannya apakah kita tahu mana sampan terakhir yang Tuhan kirim untuk kita, bisa jadi Teguran dan kesempatan yang kita terima saat ini adalah sampan terakhir untuk kita.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang berakal." (3:190)

Salam
Pertapaan Aster 81
1/3 malam 15 Syawal 1234H

Selasa, 20 Agustus 2013

BOSAN HIDUP


 

AAARRRRGGGHHHH TIDAAAAK... Tiba-tiba terdengar suara teriakan histeris gadis manis yang masih belia ditengah-tengah gerimis, dari belakang tampak seorang gadis lain dengan membawa payung berwarna merh hati yang mungkin teman karibnya berlari mendekati gadis yang berteriak tadi, kemudian dia memeluk sahabatnya yang sedang menangis itu lalu memapahnya untuk menepi, setelah menepi sambil berteduh dalam pelukan sahabatnya si gadis tanpa menghentikan tangisnya dengan lirih berkata pada sahabatnya: "Kenapa selalu akhirnya seperti ini lagi, kenapa ujian hidupku selalu berulang yang ini-ini lagi, aku capek, aku bosan hidup kalau harus seperti ini terus".

Entah apa masalah yang sedang dialami oleh gadis dari cuplikan cerita tersebut di atas, yang jelas kata-kata terakhir dari gadis itu pasti sering kita dengar, atau malah pernah kita mengucapkan nya? yah seringkali saya atau mungkin anda juga mendengar curhat dari teman, karib atau saudara yang isinya mengeluh atas masalah yang itu-itu saja, atau mungkin disadari atau tidak kita pun sering mendapatkan masalah yang itu-itu saja. Masalah cewek lagi-cewek lagi, atau cowok lagi-cowok lagi, dikhianatin lagi dikhianatin lagi, hutang lagi hutang lagi, apapun itu masalahnya kok yah dari dulu masalah nya itu-itu terus, gak ada yang lain apa?

Tentu kita ingin tahu kan jawaban dari pertanyaan tersebut? Jawabannya sederhana, ingatkan dulu waktu kelas 1 SD kita belajar menulis dan membaca kan? pada saat tiba waktunya akan kenaikan kelas kira-kira ujian yang akan kita dapatkan apa? tentunya ujian menulis dan membaca, bila kita lulus maka kita akan naik kelas dn mendapatkan pelajaran yang baru yang nantinya kita akan diuji lagi dengan materi ujian yang sesuai dengan pelajaran baru itu, namun bila kita tidak lulus ujian menulis dan membaca kira-kira apa yang akan terjadi? tentunya kita akan mengulang di kelas 1, dan mengulang lagi belajar ujian menulis dan membaca, pada saat kenaikan kelas nanti tentu saja ujian itu lagi yang akan kita terima, sebelum kita bisa lulus ujian maka kita akan selalu mengulang pelajaran dan ujian yang sama sampai kita bisa dan akhirnya lulus, syarat untuk bisa tentu kita harus mau belajar, kalau gak belajar-belajar yah gak akan pernah bisa dan gak akan pernah lulus-lulus.

Sahabatku yang dilembutkan hatinya, sama halnya dengan ujian menulis dan membaca begitupun dengan ujian hidup kita, bila kita merasa selalu mengulang ujian hidup yang sama pertanda kita belum lulus-lulus dari ujian kita, pertanda kita tidak belajar dari kegagalan dan kesalahan kita sebelumnya, bukankah orang yang bijak dan selamat itu tidak akan pernah jatuh kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya? artinya orang-orang yang cerdas, bijak dan akan selalu selamat adalah dia yang selalu belajar dari setiap kesalahannya di masa lalu memahami penyebab kegagalannya, lalu berusaha menghindari dan tidak mengulangi kesalahan yang menjadi penyebab kegagalannya itu. Jadi bila masalah kita dari dulu itu-itu terus tandanya kita gak lulus-lulus, kalau kita gak lulus-lulus artinya kita gak pernah mau belajar.

Sahabatku yang hatinya penuh cinta, datangnya anugerah itu berbanding lurus dengan kemampuan yang kita miliki, begitupun dengan besarnya ujian yang terkandung di dalamnya, bukankah Tuhan tidak akan pernah menguji hamba-hamba-Nya kecuali sesuai dengan batas kemampuan sihamba, bila ujian itu saja kita tak mampu melewatinya bagaimana kita mampu menerima anugerah yang lebih besar dengan ujian yang lebih besar pula? Jadi bila kita tak mau menerima ujian yang sama, bila kita menginginkan anugerah yang lebih besar maka perbesarlah kapasitas kemampuan kita dengan terus belajar dan belajar, dan selalu berusaha belajar dari kegagalan dimasa lalu. Semoga kita di anugerahi Tuhan kemampuan dan kemauan yang besar untuk bisa terus belajar dan memperbesar kapasitas kemampuan diri.

Salam
Pertapaan Pangestu Imani
Purnama 14 Syawal 1434 H

Senin, 19 Agustus 2013

PUASA SENANG-SENANG

Hidup kok senengnya nyiksa diri, mbok yah hidup itu dibikin simple aja, mau makan yah makan, ngantuk yah tidur, bosen yah cari hiburan gampang toh? Hidup itu buat dinikmati shob, mumpung bisa nikmatin nikmatnya kasur empuk, nikmatin makan enak puas-puasin shob, banyak loh yang gak bisa nikmatin itu semua! celoteh salah seorang kawan.

Sekilas memang benar apa yang dibilang temen saya itu, tapi coba pikir kalau tiap ada keinginan kita penuhi, pengen makan apapun kita ikutin, liat cemilan enak walaupun gak laper asal mata kita ngeliat terus ngebayangin kayaknya enak teruus kita makan, tiap liat barang bagus baju, aksesoris atau apapun yang menurut kita bagus kita beli padahal gak butuh-butuh amat, setiap kesenangan diri kita ikutin gak peduli apapun resikonya. 

Lama-lama karena setiap keinginan itu kita ikutin, tanpa sadar kita lama-lama jadi orang yang gak bisa nahan diri, kalau keinginan gak terpenuhi kita jadi orang yang gampang kecewa dan emosian, kita mulai jadi orang yang gak sabaran, sentimentil dan sukanya ngeluh tiap dapet keadaan yang gak sesuai sama ego dan kesenangan pribadi kita, bahkan demi memenuhin keinginan kita maka tanpa kita sadarin kita mulai menjadi seseorang yang menghalalkan segala cara.

Lihat deh orang yang kecanduan rokok, saya sangat yakin mereka sadar bener kok kalau ngerokok itu gak baik buat kesehatan, manfaatnya pun sangat tidak berarti dibanding dengan kerugian yang sebenarnya didapat, harus buang-buang duit pula, tapi tetep aja mereka gak bisa berhenti kan? Bahkan anak-anak sekolah sampai banyak yang berani nyolong uang SPP atau tipu-tipu orang tua buat bisa nikmatin rokok.

Makanya jangan heran bila kebanyakan orang-orang sekarang tuh hobinya stres, hobinya galau, hobinya emosian, hobinya ngeluh, makanya sampai-sampai ada istilah ngetwitt ato nulis di twitter itu istilahnya adalah nyampah, karena media sosial itu sekarang kebanyakan jadi tempat buang sampah pikiran dan hati manusia dengan segala bentuk keluh kesah, caci maki dan umpatan lainnya. Itulah efek dari kesenangan yang selalu diikuti. 

Makanya kenapa kita dianjurin puasa, biar kita bisa melatih ngendaliin keinginan kita, ngendaliin hawa nafsu kita, ngendaliin emosi kita, biar jiwa kita tetep waras, biar mental kita gak semakin terpuruk, biar hati kita semakin kuat, dan biar hidup kita bisa bener-bener bahagia gak jadi budak keinginan nafsu. 

Kalau kita mau jadi orang yang kuat hatinya, gak gampang ngeluh, gak gampang sakit hati, gak gampang frustasi, yuk kita mulai melakukan terapi diri, terapi PUASA SENANG_SENANG dari hal yang kecil aja dulu, seperti kata pepatah "Tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang", kita mulai dari nahan keinginan untuk makan, makan seperlunya saja, kurangin ngemil atau makan yang gak perlu, misal kita makan hanya makan besar saja itupun porsinya dikurangin sedikit demi sedikit, kalau tiba-tiba ada keinginan ngemil atau kebayang makanan enak tahain alihkan dengan pekerjaan lain, gitu ju
ga buat yang suka ngerokok tiap pengen ngerokok tahan, lakuin sehari semalem aja, kalau sukses besoknya ulangin lagi, terus gitu setiap hari, terus nanti lama-lama rasain deh sensasinya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Dini Hari selasa ke 3 Agustus'13

Sabtu, 10 Agustus 2013

Para Pemenang

Ramadhan artinya adalah pembakaran, bulan saat dimana Allah dengan kasih sayang-Nya selama sebulan penuh membakar dosa-dosa dan segala sifat tercela yang ada dalam diri hamba-Nya melalui momentum ibadah puasa yang diwajibkan kepada seluruh hamba-Nya yang yakin kepada-Nya selama sebulan penuh, sehingga diharapkan setelah sebulan penuh kita menjalani ibadah puasa kita bisa 'Iedul Fithri (Kembali Suci) seperti bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang, polos tanpa dosa, tanpa pakaian kesombongan, kedengkian, ketamakan, dan kemunafikan serta sifat-sifat tercela lainnya dalam diri. maka jelaslah puasa yang sesungguhnya tidaklah hanya berpuasa menahan diri dari rasa lapar, dahaga dan hasrat seksual saja, tetapi juga berpuasa seluruh indra, akal dan hati kita dari melenakan hawa nafsu.

Puasa Ramadhan adalah ajang setiap hamba untuk meng upgrade kualitas diri, kehidupan dan keimanan melalui proses penyucian diri agar kita hidup lebih bahagia dan selalu berada dalam keberuntungan serta terhindar dari perbuatan-perbuatan yang akan merugikan diri sendiri, sebagaimana firman-Nya "Sungguh (telah dan akan selalu) beruntung orang yang menyucikan (jiwa) nya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (91:9-10). Bukankah emas tidak mungkin menjadi perhiasan yang indah dan mahal harganya bila tanpa melalui proses pembakaran dan pembentukan terlebih dahulu? Begitu pula jiwa dan keimanan kita tak akan mungkin kita bisa memiliki jiwa yang mulia dan sempurna tanpa proses penyucian diri melalui pembakaran sifat-sifat tercela dalam diri (Takholli) dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji (tahalli). 

Syawal itu artinya peningkatan, tidak semata-mat Allah menamai bulan setelah ramadhan dengan nama syawal kecuali ada maknanya. Seseorang yang telah melalui masa pelatihan Allah selama bulan Ramadhan akan mengalami peningkatan kualitas diri baik dalam sisi keimanan, akhlak, etos kerja dan kemanfaatan. Hingga mabrur (diterima/lulus) tidaknya ibadah puasa kita di bulan ramadhan akan tampak setelah Ramadhan usai dan memasuki bulan syawal.

Diantara tanda-tanda ibadah puasa yang mabrur adalah pola hidup yang semakin sederhana karena kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya telah terasah, kejujurannya pun meningkat karena selama puasa kita telah melatih rasa diri selalu diawasi oleh Allah (muroqobah) hal ini terbukti setiap hamba yang berpuasa tetap menjaga puasanya walaupun tak ada seorangpun yang mengawasinya, lebih banyak memberi manfaat karena rasa lapar dan keterbatasan gerak selama puasa telah mengasah kepekaan sosialnya, hidupnya menjadi semakin terarah dan bahagia karena dia semakin pandai bersyukur dan merasa tak memiliki alasan untuk mengeluh, kualitas dan kuantitas ibadahnya pun meningkat, hatinya semakin ikhlash, lembut dan pemaaf, tiada iri, dendam, dengki, marah, emosi, dan kesombongan, tutur katanya lebih terjaga dan terjauh dari pekerjaan yang sia-sia, jadilah dia manusia yang sempurna kebaikannya (insan kamil), makhluk yang paling mulia karena ketinggian akhlaknya, dan berhak meraih gelar muttaqin sebagaimana tujuan dari puasa yaitu membentuk pribadi yang bertakwa (muttaqin).

"Wahai orang-orang yang beriman! telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (2:183)

Itulah mengapa hari raya 'Iedul fithri disebut sebagai hari raya kemenangan, karena 'Iedul fithri merupakan hari dimana hamba-hamba yang telah sukses berpuasa sama artinya dia telah memenangkan peperangan yang Sang Nabi sebut sebagai peperangan terbesar umat manusia yaitu perang menaklukkan musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsunya, sehingga untuk menjadi pemenang Nabi mengajarkan sebuah do'a di hari raya 'Iedul Fithri :

"Taqobbalallaahu minnii waminkum waja'alana minal 'aidin wal faizin (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian, dan semoga Allah menjadikan kita hamba yang kembali fithri dan meraih kemenangan)."

Wallaahu a'alam... Semoga kita termasuk ke dalam golongan Para Pemenang, yaitu golongan orang-orang yang ibadah puasanya mabrur dan berhak menyandang gelar muttaqin.

Salam
Pertapaan Aster 81
Hari Raya Kemenangan 1434 H