Senin, 30 September 2013

MENCINTAIMU KARENA ALLAH


"Jangan kau terima dia, sesungguhnya dia adalah pendusta agama yang berani-beraninya menjual nama Allah dan mengatas namakan agama demi bisa mendapatkan apa yang dikehendaki nafsunya!" teriak si pandir dengan muka yang memerah pertanda marah.

Tiba-tiba seorang mahasiswi peserta di sebuah kajian yang sedang diasuh si pandir meminta pendapat tentang pernyataan seorang pria yang menyatakan padanya "aku mencintaimu karena Allah", lalu si pandir memberikan sebuah pertanyaan, "Bagaimana kamu tahu dia mencintaimu karena Allah bukan karena nafsunya?" Lalu akhirnya dia berikan secarik kertas yang ternyata menyerupai surat cinta. Kemudian si Pandir pun membaca isi surat itu, dalam surat itu beberapa cerita yang menjelaskan alasan mengapa sang pria menyukainya dengan dibumbui sedikit pujian tentang rupa maupun akhlaq sang gadis, dibumbui dengan istilah-istilah yang terkesan agamis. Itulah mengapa si Pandir tiba-tiba emosi dan sewot seperti di atas. 

Bagaimana mungkin begitu beraninya dia menjual nama Allah demi mendapatkan hasrat pribadinya, demi mendapatkan wanita yang disukai nafsunya, bila mencintai karena Allah maka tak ada sedikitpun alasan atas apa yang dimiliki oleh sang gadis yang membuat sang pria tersebut suka, tetapi dia benar-benar mencintai murni alasan sebagai jalan untuk mencintai Allah, seperti bagaimana yang ditunjukkan oleh Rabbi'ah Asysyamiyah atas cintanya pada suaminya Imam Ahmad bin Abu al-Huwari.

Lalu si Pandir bercerita tentang Rabbi'ah Asysyamiyah, ia mencintai suaminya dan selalu berusaha memberikan layanan terbaik bagi suaminya, sesungguhnya rasa cinta yang diberikan oleh Rabbi'ah bukanlah untuk suaminya, tapi untuk Allah, karena Allah begitu mencintai seorang isteri yang memuliakan suaminya, maka mencintai dan berbakti kepada suami adalah jalan yang ditempuhnya demi mendapatkan cinta Allah. Padahal Rabbi'ah adalah seorang janda yang cantik lagi kaya, namun kemudian dia yang meminang Imam Ahmad seseorang yang miskin dan telah memiliki istri dengan alasan agar sang imam bisa memanfaatkan seluruh hartanya dengan tepat untuk kepentingan umat.

Begitupun Imam Ahmad, beliaupun menerima pinangannya bukan karena nafsu, malah sebelumnya sempat menolak, namun setelah mendapat petunjuk dari Allah dan gurunya maka Imam Ahmadpun akhirnya menerima pinangan dari Rabbi'ah, karena baik Rabbi'ah maupun Imam Ahmad sama-sama seorang hamba yang telah hilang hasratnya akan kesenangan dunia dan berfokus diri untuk meraih cinta Allah.

Kemudian si pandir melanjutkan Kini seringkali kita dengar kalimat yang tampak begitu indah diucapkan"Aku mencintaimu karena Allah" namun keluar dari seorang jejaka pada seorang gadis yang disukainya begitupun sebaliknya, padahal sesungguhnya mereka mencintai karena alasan rasa suka (nafsu) pada lawan jenisnya itu. Disadari atau tidak saat menyatakan kalimat itu buat nembak pasangan yang disukai saat itu kita tengah menjual nama Allah demi kepentingan pribadi, dan saat itu kita tengah tenggelam dalam lautan kemunafikan.

Bila kita mencintai Allah, maka bukan manusia yang jadi alasan, dan sesuatu yang dianggap baik oleh pandangan raga dan rasio kita, kita akan menikah dengan alasan karena itu aadalah jalan yang Allah sediakan untuk mencintai-Nya, karena di dalam pernikahan ada ujian untuk menguji kekuatan cinta kita kepada-Nya. maka untuk pasangan pun akan meminta benar-benar kepada Allah tak peduli siapa dan bagaimanapun calon pasangan yang Allah pilihkan dan akan dinikahinya.

Bagaimanapun cinta itu adalah rasa, seperti halnya rasa manis, asam, asin, pahit, getir, susah, senang, yang namanya rasa tak akan pernah rasio bisa menjelaskannya lewat kata-kata, bila ada seseoranga padamu kemudian dia menjelaskan berbagai alasan rasa tak akan pernah dia mampu menjelaskan kecuali yang keluar adalah kebohongan karena apapun yang diucapkannya tak akan mampu benar-benar menjelaskan rasa. Rasa itu tak memiliki alasan dan tak memiliki ukuran, maka bila seseorang mengatakan cinta kemudian dia menceritakan alasannya, maka sesungguhnya cintanya itu palsu,dia mencintaiapa yang menjadi kesukaan nafsunya sendiri yang dimiliki olehmu.

Lalu seorang mahasiswa nyeletuk, tapi kan bang bukankah Nabi sendiri ngajarin kita buat memilih jodoh itu karena 4 hal, Wajahnya, hartanya, keturunannya dan agamanya bang? mendengar pertanyaan seperti itu si pandir balik bertanya, kata Nabi mana yang paling diutamakan dari 4 kriteria itu? agamanya bang jawab mahasiswa tadi, nah itu pertanyaannya yang ente liat dari wanita itu agamanya dulu atau kriteria yang lainnya? tanya sama hati ente sendiri, kira-kira bila si gadis begitu shaleh agamanya namun buruk sekali rupanya, miskin sekali keadaannya dan keluarganya semuanya adalah penjahat dan buruk sekali perangainya apakah kau akan memilihnya? si mahasiswa pun terdiam. Si Pandir lalu melanjutkan, padahal bila kau memilih dia sesungguhnya itulah jalan tol tercepat untuk meraih cintanya Allah. Kemudian si Pandir mengutip sebuah ayat:

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah." (QS. Al Baqarah : 165)

Banyak orang yang mengaku-ngaku mencintai Allah, tapi dia mencintai kesenangan yang ada pada dunia, kecantikan, kekayaan, kemakmuran, kedudukan dan keindahan serta kesenangan dunia lainnya, maka apa yang kita sukai dan cintai itu adalah tandingan-tandingan Allah. Coba tanya pada diri masing-masing, apakah kita benar-benar mencintai Allah, atau kita orang-orang yang berbagi cinta dengan selain Allah? Yah dan pertanyaan terakhir Si Pandir seperti biasa selalu mampu menutup setiap kajiaannya dengan membuat setiap pesertanya tertunduk malu, mengurai air mata pertaubatan kemudian tenggelam dalam lautan kesadaran atas segala kesalahan dan kehinaan diri.




Salam
Pertapaan Aster 81
Awal Oktober 2013

Kamis, 26 September 2013

4 ISTRI, KEBAHAGIAAN DAN KESEHATAN JIWA


Dikisahkan seorang raja yang memiliki 4 orang permaisuri, namun sang raja bersikap tak adil dalam memperlakukan para permaisurinya, permaisuri ke 4 adalah permaisuri yang paling dicintainya, apapun yang dimiliki oleh sang raja semuanya untuk membahagiakan permaisuri ke 4 nya itu, apapun yang diminta oleh permaisuri ke 4 nya itu sang raja akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaannya.

Permaisuri ketiga adalah permaisuri yang selalu mendampingi, mendukung dan membantu sang raja dalam setiap usaha dan perjuangannya. Dan permaisuri kedua adalah permaisuri tempat sang raja mencurahkan segala keluh kesah dan beban hidupnya serta permaisuri kedua inilah yang selalu mendengarkan setiap keluh kesah sang raja kemudian berusaha menghibur dan menguatkannya.


Suatu ketika sang raja menghadapi sakaratul maut, dia merasa sangatt ketakutan apalagi bila teringat bila nanti dia mati dia akan tinggal sendirian di dalam kubur sedangkan selama ini dia sudah terbiasa hidup selalu ditemani banyak orang terutama para permaisurinya. Akhirnya sang raja memutuskan meminta permaisuri-permaisurinya untuk menemaninya di dalam kubur. Dipanggillah permaisuri ke 4, wahai permaisuriku engkau tahukan bila engkau adalah permaisuri yang paling kucintai, apapun yang kumiliki dan kulakukan adalah untuk membahagiakanmu, sekarang aku mau mati, maukah engkau menemaniku di dalam kubur? si permaisuri ke 4 ini berkata "itu tak mungkin", kemudian dia pergi meninggalkan sang raja begitu saja, sang raja merasa sangat sedih dan sakit hati.

Lalu dipanggillah permaisuri ketiga, dan sang raja berkata "wahai permaisuriku engkau adalah permaisuri yang paling setia mendampingiku dan mendukungku dalam setiap perjuanganku, sekarang aku mau mati maukah engkau mendampingiku di dalam kubur? dia menjawab "suamiku dunia ini terlalu indah untuk kutinggalkan, bila engkau mati suamiku maka aku akan mencari suami yang lain." Remuk redam merasa berputus asa hati sang raja mendengar itu, dia semakin bersedih hati dan mulai berputus asa.

Kemudian dipanggillah permaisuri kedua yang menjadi permaisuri terakhirnya, lalu sama dengan sebelumnya sang raja pun berkata "wahai permaisuriku engkau adalah satu-satunya permaisuri yang paling setia menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah dan kesedihanku, sekarang aku mau mati, aku takut berada di dalam kubur sendirian, permaisuri ketiga dan keempat tak mau menemaniku, hanya kaulah satu-satunya harapan terakshirku, maukah kau menemaniku di dalam kubur?" lalu sang permaisuri menjawab "maaf suamiku aku hanya bisa menemanimu sampai pemakamanmu saja setelah itu aku akan kembali ke istana. Sang raja kini benar-benar merasa berputus asa, sedih tiada tara.


Di tengah kesedihan dan keputus asaannya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang begitu lirih dan lemah, "jangan kuatir tuan raja masih ada aku yang akan setia menemanimu kemanapun kau pergi, aku akan menemanimu di dalam kubur. Sang raja merasa sangat kaget kemudian berusaha mencari-cari sumber suara itu, ternyata ada seorang wanita yang begitu kurus tak terurus, dia terlihat begitu lemah, hingga akhirnya sang raja mengingat dan mengenali sosok wanita itu ternyata dia adalah sang permaisuri pertama yang telah lama terlupakan, padahal dia adalah permaisuri yang selalu mendukung dan tak pernah protes apapun keputusan sang raja, dia adalah permaisuri yang paling setia.

Untuk semua yang merindukan kebahagiaan dalam jiwanya, sesungguhnya raja itu adalah gambaran diri kita, permaisuri keempat itu adalah raga kita, apapun yang disenangi dan diingini oleh raga kita selalu berusaha kita penuhi, pakaian, makanan bahkan hingga pasangan pun dipilih yang bisa menyenangkan raga kita, tapi saat kita mati raga kita itu hanya akan jadi konsumsi ulat dan cacing tanah. Permaisuri ketiga adalah harta dan kekuasaan kita, mereka adalah pendukung segala usaha dan perjuangan kita, mereka adalah pendukung kebahagiaan kita, tapi saat kita mati maka mereka hanya akan menjadi harta warisan yang akan diperebutkan dan menjadi milik orang lain. 

Permaisuri kedua adalah keluarga kita, mereka adalah malaikat-malaikat tak bersayap yang selalu menjadi tempat kita kembali disaat kita sedih dan susah, tempat kita menumpahkan resah, gelisah dan segala keluh kesah, mereka akan selalu menerima kita dengan segala kekurangan, keburukan dan ke tak sempurnaan kita, namun saat kita mati mereka pun tetap tak akan menemani kita masuk ke dalam kubur, mereka hanya akan temani kita hingga liang lahat setelah itu akan kembali dan meninggalkan kita. Dan permaisuri pertama adalah jiwa kita yang seringkali kita lupakan dan terlantarkan padahal dialah yang selalu mendukung dan menemani kita kemanapun kita pergi hingga masuk liang lahat dan menghadap Tuhan sekalipun.


Jiwa adalah dia yang akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia, dia jugalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya, bila sehat jiwa kita maka akan sehat pula lah seluruh tubuh dan kehidupan kita. Ibadah adalah sumber kehidupan kita, dia akan melemah saat kita memanjakan raga, karena saat memanjakan raga saat itu kita tengah meracuninya, melemahkannya dan membunuhnya perlahan-lahan. Tapi sebaliknya dia akan menjadi kuat saat kita melatih raga dengan banyak berpuasa dari berbagai kesenangan dunia, puasa adalah latihan terbaik bagi jiwa, melatih jiwa hingga mampu menguasai kehendak raga dan nafsu.

Kesedihan, ketakutan, kekhawatiran, kegalauan, emosi yang tak terkendali, frustasi yang kerap menghampiri dan segala bentuk ketidak bahagiaan yang mengantarkan pada keputus asaan disebabkan oleh lemahnya jiwa, sulitnya beribadah, beratnya taat, tak kuasanya menikmati khusyu, hingga melemahnya Iman dan terasa menjauhnya diri dari Tuhan pun sebab jiwa yang terlemahkan karena racun kesenangan raga dan nafsu yang dimanjakan. Segala Ibadah adalah makanan bagi jiwa dan segala kebajikan adalah vitamin yang menguatkan bagi jiwa, sedangkan racunnya adalah mengikuti segala hasrat dan keinginan akan kesenangan raga juga kepuasan nafsu, bila jiwa ingin sehat, bahagia selalu dirasa, maka perbanyaklah ibadah dan kurangilah mengikuti keinginan memanjakan kesenangan raga dan kepuasan nafsu, agar sehat jiwa kita, kedamaian, ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan hidup senantiasa menyertai. 

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (jiwa) dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus : 57)

"Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhan-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah:112)

"Wahai Jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku." (Al-Hasyr : 27-30)

Hamba-hamba yang menyibukkan dirinya dengan beribadah dan melakukan amal kebajikan maka jiwanya penuh ketenangan, kehidupannya penuh kebahagiaan, dan hatinya penuh kedamaian, tiada pernah merasa takut, khawatir dan bersedih hati, itulah syurga dunia, syurga sebelum syurga yang sesungguhnya. Semoga kita semua bisa termasuk ke dalam golongan ahlinya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Dhuha 27 September 2013


Sabtu, 21 September 2013

NERIMO ING PANDUM


Seringkali bila ditanya sesungguhnya apa sih tujuan hidup kamu? dengan bangganya kita jawab mencari ridho Allah!  Seolah jawaban kita itu menjadikan kita hamba yang baik,tanpa sadar terbersit dalam diri kita memiliki tujuan yang lebih mulia daripada orang lain, lalu kitapun merasa diri menjadi manusia mulia yang lebih mulia daripada orang lain yang tak memiliki tujuan yang sama.

Hei awas hati-hati itu kesombongan sudah merasuk kedalam diri kita. Coba renungi kembali benarkah kita benar-benar berharap ridho Allah?

Pertanyaan sederhana mungkinkah kita mampu meraih ridho Allah bila kita tak benar-benar yakin bila apa yang Allah beri untuk kita itu benar-benar yang terbaik untuk kita? bagaimana mungkin kita mendapat ridho Allah bila kita tak mau ridho atas apa yang Allah tetapkan atas diri kita?!

Coba renungkan, bila memang kita mencari ridho Allah mengapa kita mengeluh atas apa yang Allah tetapkan untuk kita? bila memang kita mencari ridho Allah kenapa kita masih merasa takut,sedih dan khawatir akan kehidupan dunia kita? bila memang kita mencari ridho Allah kenapa begitu ngototnya kita mencari kehidupan dunia yang lebih baik? bila kita berfikir apa yang kita terima kurang baik sehingga mencari kehidupan yang lebih baik  berarti disadari atau tidak apa yang Allah beri untuk kita saat ini kita anggap kurang baik dan akhirnya tanpa sadar kita menganggap Allah tidak tau apa yang terbaik untuk kita. 

Bukankah apa yang terjadi pada kita semua terjadi atas kehendak Allah? dan bukankah bila Allah berkehendak artinya ada ridho Allah di dalamnya? bagaimana mungkin Allah menetapkan sesuatu yang tidak diridhoiNya? Jadi pertanyaannya bukan apakah Allah ridho pada kita tapi apakah kita sudah ridho atas ridho Allah pada diri kita?

Bukan berarti kita tidak boleh berusaha yang terbaik untuk kehidupan kita, justru kita wajib melakukan usaha terbaik dengan mengerahkan semua potensi terbaik kita dalam menjalankan hidup, namun perkara hasil itu urusan Allah, apapun hasilnya, apapun yang terjadi dan apapun yang diberi kita harus menerimanya dengan hati yang penuh ke ridloan. Inilah makna falsafah jawa "Nerimo Ing Pandum - Menerima dengan ridho segala pemberian"


Bila kita ridho pada apa yang Allah ridho pada kita maka secara otomatis kita akan menerima apapun yang telah ditetapkan-Nya pada kita dengan senang dan ikhlash hati, termasuk agama yang diturunkan-Nya pada kita hingga kita mampu dan senang hati menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya hingga kita menjadi manusia yang memenuhi standar takwa tanpa kita sadari. Bila kita ridho atas ridho-Nya maka kita akan yakin bahwa apapun yang Dia berikan itu yang terbaik untuk kita, dan bila kita yakin apa yang kita terima itu yang terbaik untuk kita maka otomatis apapun yang kita terima membuat kita selalu bahagia.

Orang-orang yang ridho atas keridhoan Allah pada dirinya maka berkali-kali Allah sebut dalam al-Qur'an "Tidak ada ketakutan dalam diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati". Jadi bila kita masih suka mengeluh, bersedih hati, khawatir dan disergap rasa takut pertanda lemahnya iman kita,kita tidak yakin akan janji dan kuasa Allah,kita menganggap-Nya kecil tak tau apa yang terbaik untuk kita,tak mampu memberi yang terbaik untuk kita, keluh kesah kita bukti nyata kita menyalahkan Allah. Kekhawatiran dan ketakutan kita akan kehidupan dunia kita pertanda bahwa kita tidak percaya bila Allah menjaga dan menghidupi kita.

Belajarlah untuk ridho atas apa yang Allah telah tetapkan untuk kita, maka hidup akan selalu terasa indah, musibahpun akan terasa sebagai anugerah, diri terbebas dari rasa takut, resah dan gelisah, dan segala ibadah akan kita jalankan dengan ikhlas tanpa rasa lelah, Jiwa menjadi tenang, hati selalu merasa senang, hingga kembali kepada Allah dalam keadaan ridho dan diridhoi Allah SWT.

"Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi di ridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam Syurgaku." (Al-Fajr 27-30)

Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk mampu ridho atas segala ridho-Nya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Menyongsong Senja 21 Sept 2013

Rabu, 18 September 2013

TAHU DIRI DONG


Bagaimana bila ada orang yang numpang hidup di rumah kita, dikasih makan sama kita, seluruh hidupnya kita fasilitasi dengan fasilitas terbaik, kita jamin segala kebutuhannya terpenuhi, tapi orang itu bersikap tak tahu diri dan tak tahu malu? gak mau bekerja, bersikap sok berkuasa, tidak menghargai kita, suka pamer dan mengaku-ngaku bila semua fasilitas yang kita pinjamkan kepadanya adalah miliknya dan hasil kerja kerasnya, hidup seenaknya tak mau mengikuti aturan main di rumah kita, dan selalu komplain, ngeluh bahkan sampai menjelek-jelekkan kita bila mendapat hidangan atau fasilitas yang tidak sesuai dengan selera egonya. Kira-kira bagaimana perasaan dan penilaian kita bila ditumpangi orang yang seperti itu?

Mungkin begitulah gambaran hidup kita, seringkali bersikap seperti orang yang hidup numpang tapi bersikap tak tahu diri dan tak tahu malu seperti cerita di atas. Bukankah kita hidup di dunia ini hidup di bumi Allah, menggunakan fasilitas Allah, hidup dengan menikmati hidangan (rejeki) yang telah Allah sediakan untuk kita, serta mendapat jaminan pemenuhan kebutuhan hidup terbaik dari Allah?

Lalu bagaimana bila kita tak mau beribadah, tak mau mengikuti aturan Allah, sok berkuasa mengatur dunia, merasa bangga dengan prestasi, harta, jabatan dan ilmu yang dimiliki padahal semua itu sebenarnya bukan milik kita tapi hanya fasilitas pinjaman dari Sang Tuan Rumah yaitu Allah SWT. Lalu kita selalu berkeluh kesah bahkan tak jarang hingga menyalahkan Allah saat menerima takdir yang tidak sesuai dengan selera ego kita?

Bila kita melakukan semua perbuatan tersebut di atas bukankah berarti kita sungguh menjadi orang yang tak menghormati Allah? Bukankah berarti kita adalah orang yang sangat tak tahu diri dan tak tahu malu? Lihatlah topeng monyet, monyet saja tahu diri dia patuh dan mau mengabdi kepada tuannya yang telah memeliharanya, lalu apakah kita masih mau merasa diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia?

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tahu diri dan tahu malu dalam menjalani kehidupan di dunia ini.


Salam
Pertapaan Aster 81
Fajar 18 September 2013