Senin, 28 Oktober 2013

SIAPA TUHANMU?!






'Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (Al-Baqoroh : 165)

Benarkah kita yakin bahwa Tuhan kita adalah Allah? benarkah kita yakin hanya Allah satu2 nya tempat kita bergantung dan berharap? Saat kita berazzam memiliki mimpi & keinginan apa yang pertama kali kita lakukan? berdo'a meminta dan berserah kepada Allah atau berusaha memutar otak,mendata sumberdaya yang dimiliki diri,membuat SWOT analisis? menghubungi relasi dan kerabat?


Siapa yang pertama kali terfikir untuk kita datangi dan mintai pertolongan? Allah kah? atau orang-orang yang kita anggap memiliki potensi yang memungkinkan dimintai bantuan atau apa yang kita punya dan bisa kita lakukan?

Tuhan adalah Dia yang paling banyak menyita waktu kita,tenaga,fikiran dan harta kita,Dia yang segala apa yang kita lakukan demi untuk-Nya,Dia yang kita merasa takut kehilangan-Nya,pertanyaannya siapakah yang paling mendominasi fikiran,perasaan,tujuan dan kehidupan kita? Manusia? Pekerjaan? Kesenangan? Keinginan? dan siapa yang kita sangat takut,khawatir dan tdk mau kehilangannya?dan merasa bersedih saat harus berpisah dan kehilangan dirinya?

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (Al-'Anfāl:2) 

Ayat di atas menggambarkan perasaan seorang pecinta,pertanyaannya siapakah yang setiap kita mendengar namanya,mengingatnya membuat hati kita berdesir dan bergetar,siapakah yang semakin sering kita mendengar cerita2nya,kisah2nya,semakin dekat dan mengenalnya semakin bertambah rasa cinta kita kepadanya? dan kepada siapa kita bergantung,berserahdiri,menjadikannya sbg tujuan dan tambatan hati serta tujuan hidup kita? Jangan2 kita termasuk orang yang disebut dlm surat al-Baqarah 165 diatas yang mencintai dan menyembah tandingan-tandingan Allah seperti kita menyembah dan mencintai Allah?

Dan bila kita mengaku mencintai Allah,mencoba mengejar ridho Allah tapi justru energi,perasaan,fikiran dan seluruh sendi dan kehidupan kita justru lebih berat pada selain Allah pertanda kita termasuk orang yang Munafiq dan termasuk pada orang yang Allah sebut dimatikan hatinya,ditutup pendengaran dan penglihatannya oleh Allah?

Na'uudzubillaahi min dzalik semoga kita termasuk orang yang diberi hikmah dan petunjuk serta pemahaman seperti yg disebut Allah dlm al-Baqarah 269.

"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." (Al-Baqarah : 269)

"Rebahkan pikiranmu. Jangan biarkan ia menjatuhkan bayang atas rembulan hatimu. Pemikiran ... biarkan ia pergi. - Rumi -


Salam

Pertapaan Aster 81
23 Oktober 2013

Senin, 30 September 2013

MENCINTAIMU KARENA ALLAH


"Jangan kau terima dia, sesungguhnya dia adalah pendusta agama yang berani-beraninya menjual nama Allah dan mengatas namakan agama demi bisa mendapatkan apa yang dikehendaki nafsunya!" teriak si pandir dengan muka yang memerah pertanda marah.

Tiba-tiba seorang mahasiswi peserta di sebuah kajian yang sedang diasuh si pandir meminta pendapat tentang pernyataan seorang pria yang menyatakan padanya "aku mencintaimu karena Allah", lalu si pandir memberikan sebuah pertanyaan, "Bagaimana kamu tahu dia mencintaimu karena Allah bukan karena nafsunya?" Lalu akhirnya dia berikan secarik kertas yang ternyata menyerupai surat cinta. Kemudian si Pandir pun membaca isi surat itu, dalam surat itu beberapa cerita yang menjelaskan alasan mengapa sang pria menyukainya dengan dibumbui sedikit pujian tentang rupa maupun akhlaq sang gadis, dibumbui dengan istilah-istilah yang terkesan agamis. Itulah mengapa si Pandir tiba-tiba emosi dan sewot seperti di atas. 

Bagaimana mungkin begitu beraninya dia menjual nama Allah demi mendapatkan hasrat pribadinya, demi mendapatkan wanita yang disukai nafsunya, bila mencintai karena Allah maka tak ada sedikitpun alasan atas apa yang dimiliki oleh sang gadis yang membuat sang pria tersebut suka, tetapi dia benar-benar mencintai murni alasan sebagai jalan untuk mencintai Allah, seperti bagaimana yang ditunjukkan oleh Rabbi'ah Asysyamiyah atas cintanya pada suaminya Imam Ahmad bin Abu al-Huwari.

Lalu si Pandir bercerita tentang Rabbi'ah Asysyamiyah, ia mencintai suaminya dan selalu berusaha memberikan layanan terbaik bagi suaminya, sesungguhnya rasa cinta yang diberikan oleh Rabbi'ah bukanlah untuk suaminya, tapi untuk Allah, karena Allah begitu mencintai seorang isteri yang memuliakan suaminya, maka mencintai dan berbakti kepada suami adalah jalan yang ditempuhnya demi mendapatkan cinta Allah. Padahal Rabbi'ah adalah seorang janda yang cantik lagi kaya, namun kemudian dia yang meminang Imam Ahmad seseorang yang miskin dan telah memiliki istri dengan alasan agar sang imam bisa memanfaatkan seluruh hartanya dengan tepat untuk kepentingan umat.

Begitupun Imam Ahmad, beliaupun menerima pinangannya bukan karena nafsu, malah sebelumnya sempat menolak, namun setelah mendapat petunjuk dari Allah dan gurunya maka Imam Ahmadpun akhirnya menerima pinangan dari Rabbi'ah, karena baik Rabbi'ah maupun Imam Ahmad sama-sama seorang hamba yang telah hilang hasratnya akan kesenangan dunia dan berfokus diri untuk meraih cinta Allah.

Kemudian si pandir melanjutkan Kini seringkali kita dengar kalimat yang tampak begitu indah diucapkan"Aku mencintaimu karena Allah" namun keluar dari seorang jejaka pada seorang gadis yang disukainya begitupun sebaliknya, padahal sesungguhnya mereka mencintai karena alasan rasa suka (nafsu) pada lawan jenisnya itu. Disadari atau tidak saat menyatakan kalimat itu buat nembak pasangan yang disukai saat itu kita tengah menjual nama Allah demi kepentingan pribadi, dan saat itu kita tengah tenggelam dalam lautan kemunafikan.

Bila kita mencintai Allah, maka bukan manusia yang jadi alasan, dan sesuatu yang dianggap baik oleh pandangan raga dan rasio kita, kita akan menikah dengan alasan karena itu aadalah jalan yang Allah sediakan untuk mencintai-Nya, karena di dalam pernikahan ada ujian untuk menguji kekuatan cinta kita kepada-Nya. maka untuk pasangan pun akan meminta benar-benar kepada Allah tak peduli siapa dan bagaimanapun calon pasangan yang Allah pilihkan dan akan dinikahinya.

Bagaimanapun cinta itu adalah rasa, seperti halnya rasa manis, asam, asin, pahit, getir, susah, senang, yang namanya rasa tak akan pernah rasio bisa menjelaskannya lewat kata-kata, bila ada seseoranga padamu kemudian dia menjelaskan berbagai alasan rasa tak akan pernah dia mampu menjelaskan kecuali yang keluar adalah kebohongan karena apapun yang diucapkannya tak akan mampu benar-benar menjelaskan rasa. Rasa itu tak memiliki alasan dan tak memiliki ukuran, maka bila seseorang mengatakan cinta kemudian dia menceritakan alasannya, maka sesungguhnya cintanya itu palsu,dia mencintaiapa yang menjadi kesukaan nafsunya sendiri yang dimiliki olehmu.

Lalu seorang mahasiswa nyeletuk, tapi kan bang bukankah Nabi sendiri ngajarin kita buat memilih jodoh itu karena 4 hal, Wajahnya, hartanya, keturunannya dan agamanya bang? mendengar pertanyaan seperti itu si pandir balik bertanya, kata Nabi mana yang paling diutamakan dari 4 kriteria itu? agamanya bang jawab mahasiswa tadi, nah itu pertanyaannya yang ente liat dari wanita itu agamanya dulu atau kriteria yang lainnya? tanya sama hati ente sendiri, kira-kira bila si gadis begitu shaleh agamanya namun buruk sekali rupanya, miskin sekali keadaannya dan keluarganya semuanya adalah penjahat dan buruk sekali perangainya apakah kau akan memilihnya? si mahasiswa pun terdiam. Si Pandir lalu melanjutkan, padahal bila kau memilih dia sesungguhnya itulah jalan tol tercepat untuk meraih cintanya Allah. Kemudian si Pandir mengutip sebuah ayat:

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah." (QS. Al Baqarah : 165)

Banyak orang yang mengaku-ngaku mencintai Allah, tapi dia mencintai kesenangan yang ada pada dunia, kecantikan, kekayaan, kemakmuran, kedudukan dan keindahan serta kesenangan dunia lainnya, maka apa yang kita sukai dan cintai itu adalah tandingan-tandingan Allah. Coba tanya pada diri masing-masing, apakah kita benar-benar mencintai Allah, atau kita orang-orang yang berbagi cinta dengan selain Allah? Yah dan pertanyaan terakhir Si Pandir seperti biasa selalu mampu menutup setiap kajiaannya dengan membuat setiap pesertanya tertunduk malu, mengurai air mata pertaubatan kemudian tenggelam dalam lautan kesadaran atas segala kesalahan dan kehinaan diri.




Salam
Pertapaan Aster 81
Awal Oktober 2013

Kamis, 26 September 2013

4 ISTRI, KEBAHAGIAAN DAN KESEHATAN JIWA


Dikisahkan seorang raja yang memiliki 4 orang permaisuri, namun sang raja bersikap tak adil dalam memperlakukan para permaisurinya, permaisuri ke 4 adalah permaisuri yang paling dicintainya, apapun yang dimiliki oleh sang raja semuanya untuk membahagiakan permaisuri ke 4 nya itu, apapun yang diminta oleh permaisuri ke 4 nya itu sang raja akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaannya.

Permaisuri ketiga adalah permaisuri yang selalu mendampingi, mendukung dan membantu sang raja dalam setiap usaha dan perjuangannya. Dan permaisuri kedua adalah permaisuri tempat sang raja mencurahkan segala keluh kesah dan beban hidupnya serta permaisuri kedua inilah yang selalu mendengarkan setiap keluh kesah sang raja kemudian berusaha menghibur dan menguatkannya.


Suatu ketika sang raja menghadapi sakaratul maut, dia merasa sangatt ketakutan apalagi bila teringat bila nanti dia mati dia akan tinggal sendirian di dalam kubur sedangkan selama ini dia sudah terbiasa hidup selalu ditemani banyak orang terutama para permaisurinya. Akhirnya sang raja memutuskan meminta permaisuri-permaisurinya untuk menemaninya di dalam kubur. Dipanggillah permaisuri ke 4, wahai permaisuriku engkau tahukan bila engkau adalah permaisuri yang paling kucintai, apapun yang kumiliki dan kulakukan adalah untuk membahagiakanmu, sekarang aku mau mati, maukah engkau menemaniku di dalam kubur? si permaisuri ke 4 ini berkata "itu tak mungkin", kemudian dia pergi meninggalkan sang raja begitu saja, sang raja merasa sangat sedih dan sakit hati.

Lalu dipanggillah permaisuri ketiga, dan sang raja berkata "wahai permaisuriku engkau adalah permaisuri yang paling setia mendampingiku dan mendukungku dalam setiap perjuanganku, sekarang aku mau mati maukah engkau mendampingiku di dalam kubur? dia menjawab "suamiku dunia ini terlalu indah untuk kutinggalkan, bila engkau mati suamiku maka aku akan mencari suami yang lain." Remuk redam merasa berputus asa hati sang raja mendengar itu, dia semakin bersedih hati dan mulai berputus asa.

Kemudian dipanggillah permaisuri kedua yang menjadi permaisuri terakhirnya, lalu sama dengan sebelumnya sang raja pun berkata "wahai permaisuriku engkau adalah satu-satunya permaisuri yang paling setia menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah dan kesedihanku, sekarang aku mau mati, aku takut berada di dalam kubur sendirian, permaisuri ketiga dan keempat tak mau menemaniku, hanya kaulah satu-satunya harapan terakshirku, maukah kau menemaniku di dalam kubur?" lalu sang permaisuri menjawab "maaf suamiku aku hanya bisa menemanimu sampai pemakamanmu saja setelah itu aku akan kembali ke istana. Sang raja kini benar-benar merasa berputus asa, sedih tiada tara.


Di tengah kesedihan dan keputus asaannya tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang begitu lirih dan lemah, "jangan kuatir tuan raja masih ada aku yang akan setia menemanimu kemanapun kau pergi, aku akan menemanimu di dalam kubur. Sang raja merasa sangat kaget kemudian berusaha mencari-cari sumber suara itu, ternyata ada seorang wanita yang begitu kurus tak terurus, dia terlihat begitu lemah, hingga akhirnya sang raja mengingat dan mengenali sosok wanita itu ternyata dia adalah sang permaisuri pertama yang telah lama terlupakan, padahal dia adalah permaisuri yang selalu mendukung dan tak pernah protes apapun keputusan sang raja, dia adalah permaisuri yang paling setia.

Untuk semua yang merindukan kebahagiaan dalam jiwanya, sesungguhnya raja itu adalah gambaran diri kita, permaisuri keempat itu adalah raga kita, apapun yang disenangi dan diingini oleh raga kita selalu berusaha kita penuhi, pakaian, makanan bahkan hingga pasangan pun dipilih yang bisa menyenangkan raga kita, tapi saat kita mati raga kita itu hanya akan jadi konsumsi ulat dan cacing tanah. Permaisuri ketiga adalah harta dan kekuasaan kita, mereka adalah pendukung segala usaha dan perjuangan kita, mereka adalah pendukung kebahagiaan kita, tapi saat kita mati maka mereka hanya akan menjadi harta warisan yang akan diperebutkan dan menjadi milik orang lain. 

Permaisuri kedua adalah keluarga kita, mereka adalah malaikat-malaikat tak bersayap yang selalu menjadi tempat kita kembali disaat kita sedih dan susah, tempat kita menumpahkan resah, gelisah dan segala keluh kesah, mereka akan selalu menerima kita dengan segala kekurangan, keburukan dan ke tak sempurnaan kita, namun saat kita mati mereka pun tetap tak akan menemani kita masuk ke dalam kubur, mereka hanya akan temani kita hingga liang lahat setelah itu akan kembali dan meninggalkan kita. Dan permaisuri pertama adalah jiwa kita yang seringkali kita lupakan dan terlantarkan padahal dialah yang selalu mendukung dan menemani kita kemanapun kita pergi hingga masuk liang lahat dan menghadap Tuhan sekalipun.


Jiwa adalah dia yang akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita di dunia, dia jugalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya, bila sehat jiwa kita maka akan sehat pula lah seluruh tubuh dan kehidupan kita. Ibadah adalah sumber kehidupan kita, dia akan melemah saat kita memanjakan raga, karena saat memanjakan raga saat itu kita tengah meracuninya, melemahkannya dan membunuhnya perlahan-lahan. Tapi sebaliknya dia akan menjadi kuat saat kita melatih raga dengan banyak berpuasa dari berbagai kesenangan dunia, puasa adalah latihan terbaik bagi jiwa, melatih jiwa hingga mampu menguasai kehendak raga dan nafsu.

Kesedihan, ketakutan, kekhawatiran, kegalauan, emosi yang tak terkendali, frustasi yang kerap menghampiri dan segala bentuk ketidak bahagiaan yang mengantarkan pada keputus asaan disebabkan oleh lemahnya jiwa, sulitnya beribadah, beratnya taat, tak kuasanya menikmati khusyu, hingga melemahnya Iman dan terasa menjauhnya diri dari Tuhan pun sebab jiwa yang terlemahkan karena racun kesenangan raga dan nafsu yang dimanjakan. Segala Ibadah adalah makanan bagi jiwa dan segala kebajikan adalah vitamin yang menguatkan bagi jiwa, sedangkan racunnya adalah mengikuti segala hasrat dan keinginan akan kesenangan raga juga kepuasan nafsu, bila jiwa ingin sehat, bahagia selalu dirasa, maka perbanyaklah ibadah dan kurangilah mengikuti keinginan memanjakan kesenangan raga dan kepuasan nafsu, agar sehat jiwa kita, kedamaian, ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan hidup senantiasa menyertai. 

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada (jiwa) dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Yunus : 57)

"Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhan-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah:112)

"Wahai Jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku." (Al-Hasyr : 27-30)

Hamba-hamba yang menyibukkan dirinya dengan beribadah dan melakukan amal kebajikan maka jiwanya penuh ketenangan, kehidupannya penuh kebahagiaan, dan hatinya penuh kedamaian, tiada pernah merasa takut, khawatir dan bersedih hati, itulah syurga dunia, syurga sebelum syurga yang sesungguhnya. Semoga kita semua bisa termasuk ke dalam golongan ahlinya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Dhuha 27 September 2013


Sabtu, 21 September 2013

NERIMO ING PANDUM


Seringkali bila ditanya sesungguhnya apa sih tujuan hidup kamu? dengan bangganya kita jawab mencari ridho Allah!  Seolah jawaban kita itu menjadikan kita hamba yang baik,tanpa sadar terbersit dalam diri kita memiliki tujuan yang lebih mulia daripada orang lain, lalu kitapun merasa diri menjadi manusia mulia yang lebih mulia daripada orang lain yang tak memiliki tujuan yang sama.

Hei awas hati-hati itu kesombongan sudah merasuk kedalam diri kita. Coba renungi kembali benarkah kita benar-benar berharap ridho Allah?

Pertanyaan sederhana mungkinkah kita mampu meraih ridho Allah bila kita tak benar-benar yakin bila apa yang Allah beri untuk kita itu benar-benar yang terbaik untuk kita? bagaimana mungkin kita mendapat ridho Allah bila kita tak mau ridho atas apa yang Allah tetapkan atas diri kita?!

Coba renungkan, bila memang kita mencari ridho Allah mengapa kita mengeluh atas apa yang Allah tetapkan untuk kita? bila memang kita mencari ridho Allah kenapa kita masih merasa takut,sedih dan khawatir akan kehidupan dunia kita? bila memang kita mencari ridho Allah kenapa begitu ngototnya kita mencari kehidupan dunia yang lebih baik? bila kita berfikir apa yang kita terima kurang baik sehingga mencari kehidupan yang lebih baik  berarti disadari atau tidak apa yang Allah beri untuk kita saat ini kita anggap kurang baik dan akhirnya tanpa sadar kita menganggap Allah tidak tau apa yang terbaik untuk kita. 

Bukankah apa yang terjadi pada kita semua terjadi atas kehendak Allah? dan bukankah bila Allah berkehendak artinya ada ridho Allah di dalamnya? bagaimana mungkin Allah menetapkan sesuatu yang tidak diridhoiNya? Jadi pertanyaannya bukan apakah Allah ridho pada kita tapi apakah kita sudah ridho atas ridho Allah pada diri kita?

Bukan berarti kita tidak boleh berusaha yang terbaik untuk kehidupan kita, justru kita wajib melakukan usaha terbaik dengan mengerahkan semua potensi terbaik kita dalam menjalankan hidup, namun perkara hasil itu urusan Allah, apapun hasilnya, apapun yang terjadi dan apapun yang diberi kita harus menerimanya dengan hati yang penuh ke ridloan. Inilah makna falsafah jawa "Nerimo Ing Pandum - Menerima dengan ridho segala pemberian"


Bila kita ridho pada apa yang Allah ridho pada kita maka secara otomatis kita akan menerima apapun yang telah ditetapkan-Nya pada kita dengan senang dan ikhlash hati, termasuk agama yang diturunkan-Nya pada kita hingga kita mampu dan senang hati menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya hingga kita menjadi manusia yang memenuhi standar takwa tanpa kita sadari. Bila kita ridho atas ridho-Nya maka kita akan yakin bahwa apapun yang Dia berikan itu yang terbaik untuk kita, dan bila kita yakin apa yang kita terima itu yang terbaik untuk kita maka otomatis apapun yang kita terima membuat kita selalu bahagia.

Orang-orang yang ridho atas keridhoan Allah pada dirinya maka berkali-kali Allah sebut dalam al-Qur'an "Tidak ada ketakutan dalam diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati". Jadi bila kita masih suka mengeluh, bersedih hati, khawatir dan disergap rasa takut pertanda lemahnya iman kita,kita tidak yakin akan janji dan kuasa Allah,kita menganggap-Nya kecil tak tau apa yang terbaik untuk kita,tak mampu memberi yang terbaik untuk kita, keluh kesah kita bukti nyata kita menyalahkan Allah. Kekhawatiran dan ketakutan kita akan kehidupan dunia kita pertanda bahwa kita tidak percaya bila Allah menjaga dan menghidupi kita.

Belajarlah untuk ridho atas apa yang Allah telah tetapkan untuk kita, maka hidup akan selalu terasa indah, musibahpun akan terasa sebagai anugerah, diri terbebas dari rasa takut, resah dan gelisah, dan segala ibadah akan kita jalankan dengan ikhlas tanpa rasa lelah, Jiwa menjadi tenang, hati selalu merasa senang, hingga kembali kepada Allah dalam keadaan ridho dan diridhoi Allah SWT.

"Hai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho lagi di ridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam Syurgaku." (Al-Fajr 27-30)

Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk mampu ridho atas segala ridho-Nya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Menyongsong Senja 21 Sept 2013

Rabu, 18 September 2013

TAHU DIRI DONG


Bagaimana bila ada orang yang numpang hidup di rumah kita, dikasih makan sama kita, seluruh hidupnya kita fasilitasi dengan fasilitas terbaik, kita jamin segala kebutuhannya terpenuhi, tapi orang itu bersikap tak tahu diri dan tak tahu malu? gak mau bekerja, bersikap sok berkuasa, tidak menghargai kita, suka pamer dan mengaku-ngaku bila semua fasilitas yang kita pinjamkan kepadanya adalah miliknya dan hasil kerja kerasnya, hidup seenaknya tak mau mengikuti aturan main di rumah kita, dan selalu komplain, ngeluh bahkan sampai menjelek-jelekkan kita bila mendapat hidangan atau fasilitas yang tidak sesuai dengan selera egonya. Kira-kira bagaimana perasaan dan penilaian kita bila ditumpangi orang yang seperti itu?

Mungkin begitulah gambaran hidup kita, seringkali bersikap seperti orang yang hidup numpang tapi bersikap tak tahu diri dan tak tahu malu seperti cerita di atas. Bukankah kita hidup di dunia ini hidup di bumi Allah, menggunakan fasilitas Allah, hidup dengan menikmati hidangan (rejeki) yang telah Allah sediakan untuk kita, serta mendapat jaminan pemenuhan kebutuhan hidup terbaik dari Allah?

Lalu bagaimana bila kita tak mau beribadah, tak mau mengikuti aturan Allah, sok berkuasa mengatur dunia, merasa bangga dengan prestasi, harta, jabatan dan ilmu yang dimiliki padahal semua itu sebenarnya bukan milik kita tapi hanya fasilitas pinjaman dari Sang Tuan Rumah yaitu Allah SWT. Lalu kita selalu berkeluh kesah bahkan tak jarang hingga menyalahkan Allah saat menerima takdir yang tidak sesuai dengan selera ego kita?

Bila kita melakukan semua perbuatan tersebut di atas bukankah berarti kita sungguh menjadi orang yang tak menghormati Allah? Bukankah berarti kita adalah orang yang sangat tak tahu diri dan tak tahu malu? Lihatlah topeng monyet, monyet saja tahu diri dia patuh dan mau mengabdi kepada tuannya yang telah memeliharanya, lalu apakah kita masih mau merasa diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia?

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tahu diri dan tahu malu dalam menjalani kehidupan di dunia ini.


Salam
Pertapaan Aster 81
Fajar 18 September 2013


Kamis, 22 Agustus 2013

BERMAIN MONOPOLI SAMA TUHAN


Kebiasaan kalau malem minggu anak-anak muda di daerahku itu pada kumpul-kumpul, menikmati malam yang bisa dinikmati lebih panjang karena besoknya gak ada kewajiban bangun pagi, jadi pada melek bergadang semaleman sampai waktu mendekati shubuh, biasa nya diisi main berbagai permainan kalau gak main monopoli yah main kartu remi atau main poker. Dalam setiap permainan pasti aja ada masanya kena bully, saling ejek, saling ngetawain itu udah biasa, kalah menang juga udah biasa, yang kalah kena hukuman yang menang dapet hadiah. 

Kalau sadar itu cuman permainan kita nikmati semua prosesnya tanpa beban, yang menang dan membully tertawa yang kalah dan dibully pun tetap bisa tertawa. Kadang ada yang dibawa serius, akhirnya main pake emosi, coba-coba main curang, demi bisa menang dan biasanya emosi kalau pas dibully. meski permainan tetep pake strategi, sejago apapun pemain peluang kalah selalu ada, karena selalu ada faktor tak terduga selama permainan, dalam monopoli misalnya, ada kartu kesempatan dan dana umum, kadang kita dpet kartu yang nguntungin kadang kartu yang ngerugiin, begitupun dengan jumlah angka dadu, dan gimanapun usaha menang seorang pemain akan bersinggungan dengan usaha menangnya pemain yang lain.

Sebenernya hidup juga sama halnya dengan permainan-permainan di atas kok, seperti main monopoli aset dan harta yang kita punya kan tetep milik bank, yang menang saat selesai permainan semua aset dikembaliin kan, semua aset itu kita punya hanya selama dalam permainan, kuasa tertinggi itu tetep bank yang punya aturan main, dalam menjalankan hidup sama seperti melempar dadu kita tak pernah tau angka berapa yang akan keluar, kita hanya berusaha melempar sebaik mungkin, apapun hasilnya yah kita jalani, meskipun didalam perjalanan kita tetep main strategi, karena itulah seninya permainan, tentang seni berstrategi dalam menikmati proses dalam permainan.

Dalam monopoli kehidupan Bankir nya itu Tuhan yang memiliki semua aset dan aturan main, kita pemainnya. Celakanya sama dengan orang-orang yang bermain monopoli, ada saja yang memainkannya terlalu serius, emosinya ikutan main, jadi kalau kalah atau hasilnya gak sesuai dia kecewa, stress, emosi, mencoba main curang dan halalin segala cara demi bisa menangin permainan, kalau dibully atau dikalahin temen mainnya emosi dan bawaannya pengen balas dendam, akhirnya lupa kalau itu hanyalah sebuah permainan dan bully membully dalam permainan hanyalah senda gurau belaka. 

Begitu juga hidup ini, kehidupan ini sebenarnya hanyalah permainan dan senda gurau belaka, seperti bermain monopoli, semua aset yang kita miliki itu milik Allah Sang Bankir, beres permainan kita kasih lagi ke Allah, setiap usaha kita sekali lagi seperti melempar dadu yang tak pernah tau apa hasilnya, adapun ilmu yang kita punya adalah untuk bermain strategi mengelola nikmat Tuhan berupa aset dan untuk menyiasati hasil dari setiap lemparan dadu agar kita bisa tetap bertahan supaya bisa terus ikut dalam permainan, selalu banyak hal tak terduga dalam kehidupan ini, yang jelas ingatlah semua hanyalah permainan. Apapun mimpi kita Bismillaah lempar dadu dan apapun hasilnya nikmati saja, tekanan apapun yang didapat terima saja dengan canda tawa karena itu hanyalah senda gurau belaka, apapun yang terjadi nikmati saja, jangan dibawa serius yang penting ikuti aturan main. 

Bedanya bila kita bermain monopoli sama Tuhan siapapun yang bertahan menikmati permainan secara fair sampai akhir, sehabis selesai permainan dalam kehidupan sebenarnya di akhirt Allah kasih hadiah, di traktir masuk Syurga, hidangan di dalamnya all you can eat, dengan full facilities dan full service.

 "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Al-Ankabut ayat 64)
Salam
Pertapaan Aster 81
Dini Hari 16 Syawal 1434 H

Rabu, 21 Agustus 2013

SAMPAN TUHAN


Yaa Tuhan mengapa Engkau tak mengabulkan do'aku, kenapa Engkau tak menolongku?! protes seorang hamba kepada Tuhan saat dia bertemu dengan Tuhannya setelah kematiannya, padahal hamba ini adalah seorang hamba yang sangat shaleh, dia adalah seorang hamba yang benar-benar berserah diri secara total kepada Tuhan, tak pernah ia bergantung, berharap dan meminta kecuali hanya kepada Tuhan. Dan karena keshalehan dan keberserah diriannya itu maka Tuhan selalu menjawab setiap do'anya secara spontan, kecuali hari itu dihari akhir usianya.

Hari itu tiba-tiba badai tsunami menerjang desanya, banyak orang meninggal terbawa arus, kebetulan rumahnya agak jauh dari pantai hingga saat tsunami tiba dia masih sempat naik ke atap rumah untuk menyelamatkan diri, setelah berada di atap rumah kemudian dia berdo'a kepada Tuhan : "Yaa Tuhan hanya kepada-Mu aku bergantung dan hanya kepada-Mu aku berserah diri, maka aku memohon kepada-Mu selamatkanlah aku dengan tangan-Mu."

Tak lama setelah si hamba berdo'a melintaslah beberapa orang dengan sebuah sampan, kemudian yang di sampan berteriak mas ayo cepat naik sampan bersama kami, lihat air sudah semata kaki sebentar lagi air naik, dengan halus si hamba menolak, silakan duluan saya sedang menunggu pertolongan dari Tuhan, maka mereka pun pergi berlalu meninggalkan si hamba, saat air sudah sampai sepinggang si hamba, lewatlah satu sampan lagi dan juga sama seperti sampan yang pertama menawarkan bantuan, mas ayo cepat naik sampan ikut kami sebentar lagi air naik, lagi-lagi si hamba menolak dengan alasan yang sama, dia sedang menunggu pertolongan dari Tuhan, kemudian sampan kedua itupun pergi berlalu, ketika air sudah hampir seleher si hamba lewat lah sampan ketiga dan menawarkan bantuan, tapi dengan alasan yang sama si hamba pun menolaknya, hingga akhirnya sampan ketiga pun pergi berlalu meninggalkannya..

Banjirpun terus naik hingga si hamba tenggelam terbawa arus, pertolongan Tuhan yang diharapkannya pun tak kunjung tiba dan akhirnya dia pun mati tenggelam. Setelah dia mati dia pun bertemu Tuhannya, dan saat bertemu Tuhan dia pun mengajukan protes pada Tuhan :"Yaa Tuhan mengapa Engkau tak mengabulkan do'aku, kenapa Engkau tak menolongku?!" mendengar protes hamba-Nya itu Tuhan pun menjawab : "Apa kamu lupa setelah kamu berdo'a kukirimkan tiga kali hambaku dengan sampannya untuk menolongmu, tapi kamu menolak bantuan mereka, padahal mereka adalah hamba-hamba yang kugerakkan dan kukirimkan untuk menolongmu sebagai jawaban atas do'amu itu."

Cerita di atas hanyalah sebuah cerita fiksi belaka, tapi sadarkah kita seringkali kita mengalami seperti apa yang dialami oleh si hamba dalam cerita di atas, seringkali kita berdo'a tapi kita merasa Tuhan tidak mengabulkan do'a-do'a kita, padahal bisa jadi sesungguhnya Tuhan sudah mengabulkan do'a kita hanya wujud dan tempat pengabulannya tidak sesuai dengan harapan dan bayangan kita, hingga tanpa sadar kita pun menolaknya.

Tuhan memang seringkali menurunkan anugerah-Nya untuk kita di tempat atau dalam wujud yang bertolak belakang dengan ego dan kesombongan kita, agar kita menjadi rendah hati, seringkali dalam berdo'a kita malah mencoba mengatur Tuhan dengan memaksanya mengabulkan do'a yang sesuai dengan harapan dan perrmintaan ego kita, padahal belum tentu hal itu baik dan kita butuhkan, namun Tuhan lebih tahu yang terbaik untuk kita daripada diri kita sendiri.

Kita memang wajib untuk berdo'a, namun untuk hasilnya biarkanlah Tuhan yang menentukan dengan kehendak-Nya, tugas kita adalah rendahkan hati, buka mata, buka telinga, perhatikan sekeliling kita, bisa jadi Tuhan simpan jawabannya ditempat yang tidak kita duga, bisa jadi ditempat yang paling hina dan menjijikan buat kita, atau bisa jadi Dia titipkan lewat orang yang tak kita duga-duga, bisa jadi lewat orang tua, teman, anak kecil, pengemis atau bahkan mungkin lewat penjahat dan orang gila.

Pelajaran kedua, sampan dalam cerita di atas bisa jadi gambaran dari pertolongan dan teguran Tuhan untuk kita yang tanpa sadar telah melupakan Tuhan, mungkin kita telah terlalu banyak berbuat dosa hingga Tuhan mencoba menolong kita dan menyadarkan kita, walaupun caranya seringkali tak sesuai dengan ego kita, bisa jadi Tuhan gerakkan adik kita, bahkan mungkin orang yang paling kita benci untuk mengingatkan kita, atau lewat sebuah kejadian, kecelakaan, kebangkrutan, atau sakit parah misalnya, saat itu Tuhan sengaja membuat kita tak berdaya agar kemudian kita sadar, saat itu Tuhan sedang mengajak kita kembali pada-Nya. 

Mungkin sudah berkali-kali Tuhan menegur kita, mengirimkan sampan untuk menolong kita, tapi berkali-kali pula kita mengabaikannya. Pertanyaannya apakah kita tahu mana sampan terakhir yang Tuhan kirim untuk kita, bisa jadi Teguran dan kesempatan yang kita terima saat ini adalah sampan terakhir untuk kita.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang berakal." (3:190)

Salam
Pertapaan Aster 81
1/3 malam 15 Syawal 1234H

Selasa, 20 Agustus 2013

BOSAN HIDUP


 

AAARRRRGGGHHHH TIDAAAAK... Tiba-tiba terdengar suara teriakan histeris gadis manis yang masih belia ditengah-tengah gerimis, dari belakang tampak seorang gadis lain dengan membawa payung berwarna merh hati yang mungkin teman karibnya berlari mendekati gadis yang berteriak tadi, kemudian dia memeluk sahabatnya yang sedang menangis itu lalu memapahnya untuk menepi, setelah menepi sambil berteduh dalam pelukan sahabatnya si gadis tanpa menghentikan tangisnya dengan lirih berkata pada sahabatnya: "Kenapa selalu akhirnya seperti ini lagi, kenapa ujian hidupku selalu berulang yang ini-ini lagi, aku capek, aku bosan hidup kalau harus seperti ini terus".

Entah apa masalah yang sedang dialami oleh gadis dari cuplikan cerita tersebut di atas, yang jelas kata-kata terakhir dari gadis itu pasti sering kita dengar, atau malah pernah kita mengucapkan nya? yah seringkali saya atau mungkin anda juga mendengar curhat dari teman, karib atau saudara yang isinya mengeluh atas masalah yang itu-itu saja, atau mungkin disadari atau tidak kita pun sering mendapatkan masalah yang itu-itu saja. Masalah cewek lagi-cewek lagi, atau cowok lagi-cowok lagi, dikhianatin lagi dikhianatin lagi, hutang lagi hutang lagi, apapun itu masalahnya kok yah dari dulu masalah nya itu-itu terus, gak ada yang lain apa?

Tentu kita ingin tahu kan jawaban dari pertanyaan tersebut? Jawabannya sederhana, ingatkan dulu waktu kelas 1 SD kita belajar menulis dan membaca kan? pada saat tiba waktunya akan kenaikan kelas kira-kira ujian yang akan kita dapatkan apa? tentunya ujian menulis dan membaca, bila kita lulus maka kita akan naik kelas dn mendapatkan pelajaran yang baru yang nantinya kita akan diuji lagi dengan materi ujian yang sesuai dengan pelajaran baru itu, namun bila kita tidak lulus ujian menulis dan membaca kira-kira apa yang akan terjadi? tentunya kita akan mengulang di kelas 1, dan mengulang lagi belajar ujian menulis dan membaca, pada saat kenaikan kelas nanti tentu saja ujian itu lagi yang akan kita terima, sebelum kita bisa lulus ujian maka kita akan selalu mengulang pelajaran dan ujian yang sama sampai kita bisa dan akhirnya lulus, syarat untuk bisa tentu kita harus mau belajar, kalau gak belajar-belajar yah gak akan pernah bisa dan gak akan pernah lulus-lulus.

Sahabatku yang dilembutkan hatinya, sama halnya dengan ujian menulis dan membaca begitupun dengan ujian hidup kita, bila kita merasa selalu mengulang ujian hidup yang sama pertanda kita belum lulus-lulus dari ujian kita, pertanda kita tidak belajar dari kegagalan dan kesalahan kita sebelumnya, bukankah orang yang bijak dan selamat itu tidak akan pernah jatuh kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya? artinya orang-orang yang cerdas, bijak dan akan selalu selamat adalah dia yang selalu belajar dari setiap kesalahannya di masa lalu memahami penyebab kegagalannya, lalu berusaha menghindari dan tidak mengulangi kesalahan yang menjadi penyebab kegagalannya itu. Jadi bila masalah kita dari dulu itu-itu terus tandanya kita gak lulus-lulus, kalau kita gak lulus-lulus artinya kita gak pernah mau belajar.

Sahabatku yang hatinya penuh cinta, datangnya anugerah itu berbanding lurus dengan kemampuan yang kita miliki, begitupun dengan besarnya ujian yang terkandung di dalamnya, bukankah Tuhan tidak akan pernah menguji hamba-hamba-Nya kecuali sesuai dengan batas kemampuan sihamba, bila ujian itu saja kita tak mampu melewatinya bagaimana kita mampu menerima anugerah yang lebih besar dengan ujian yang lebih besar pula? Jadi bila kita tak mau menerima ujian yang sama, bila kita menginginkan anugerah yang lebih besar maka perbesarlah kapasitas kemampuan kita dengan terus belajar dan belajar, dan selalu berusaha belajar dari kegagalan dimasa lalu. Semoga kita di anugerahi Tuhan kemampuan dan kemauan yang besar untuk bisa terus belajar dan memperbesar kapasitas kemampuan diri.

Salam
Pertapaan Pangestu Imani
Purnama 14 Syawal 1434 H

Senin, 19 Agustus 2013

PUASA SENANG-SENANG

Hidup kok senengnya nyiksa diri, mbok yah hidup itu dibikin simple aja, mau makan yah makan, ngantuk yah tidur, bosen yah cari hiburan gampang toh? Hidup itu buat dinikmati shob, mumpung bisa nikmatin nikmatnya kasur empuk, nikmatin makan enak puas-puasin shob, banyak loh yang gak bisa nikmatin itu semua! celoteh salah seorang kawan.

Sekilas memang benar apa yang dibilang temen saya itu, tapi coba pikir kalau tiap ada keinginan kita penuhi, pengen makan apapun kita ikutin, liat cemilan enak walaupun gak laper asal mata kita ngeliat terus ngebayangin kayaknya enak teruus kita makan, tiap liat barang bagus baju, aksesoris atau apapun yang menurut kita bagus kita beli padahal gak butuh-butuh amat, setiap kesenangan diri kita ikutin gak peduli apapun resikonya. 

Lama-lama karena setiap keinginan itu kita ikutin, tanpa sadar kita lama-lama jadi orang yang gak bisa nahan diri, kalau keinginan gak terpenuhi kita jadi orang yang gampang kecewa dan emosian, kita mulai jadi orang yang gak sabaran, sentimentil dan sukanya ngeluh tiap dapet keadaan yang gak sesuai sama ego dan kesenangan pribadi kita, bahkan demi memenuhin keinginan kita maka tanpa kita sadarin kita mulai menjadi seseorang yang menghalalkan segala cara.

Lihat deh orang yang kecanduan rokok, saya sangat yakin mereka sadar bener kok kalau ngerokok itu gak baik buat kesehatan, manfaatnya pun sangat tidak berarti dibanding dengan kerugian yang sebenarnya didapat, harus buang-buang duit pula, tapi tetep aja mereka gak bisa berhenti kan? Bahkan anak-anak sekolah sampai banyak yang berani nyolong uang SPP atau tipu-tipu orang tua buat bisa nikmatin rokok.

Makanya jangan heran bila kebanyakan orang-orang sekarang tuh hobinya stres, hobinya galau, hobinya emosian, hobinya ngeluh, makanya sampai-sampai ada istilah ngetwitt ato nulis di twitter itu istilahnya adalah nyampah, karena media sosial itu sekarang kebanyakan jadi tempat buang sampah pikiran dan hati manusia dengan segala bentuk keluh kesah, caci maki dan umpatan lainnya. Itulah efek dari kesenangan yang selalu diikuti. 

Makanya kenapa kita dianjurin puasa, biar kita bisa melatih ngendaliin keinginan kita, ngendaliin hawa nafsu kita, ngendaliin emosi kita, biar jiwa kita tetep waras, biar mental kita gak semakin terpuruk, biar hati kita semakin kuat, dan biar hidup kita bisa bener-bener bahagia gak jadi budak keinginan nafsu. 

Kalau kita mau jadi orang yang kuat hatinya, gak gampang ngeluh, gak gampang sakit hati, gak gampang frustasi, yuk kita mulai melakukan terapi diri, terapi PUASA SENANG_SENANG dari hal yang kecil aja dulu, seperti kata pepatah "Tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang", kita mulai dari nahan keinginan untuk makan, makan seperlunya saja, kurangin ngemil atau makan yang gak perlu, misal kita makan hanya makan besar saja itupun porsinya dikurangin sedikit demi sedikit, kalau tiba-tiba ada keinginan ngemil atau kebayang makanan enak tahain alihkan dengan pekerjaan lain, gitu ju
ga buat yang suka ngerokok tiap pengen ngerokok tahan, lakuin sehari semalem aja, kalau sukses besoknya ulangin lagi, terus gitu setiap hari, terus nanti lama-lama rasain deh sensasinya.

Salam
Pertapaan Aster 81
Dini Hari selasa ke 3 Agustus'13

Sabtu, 10 Agustus 2013

Para Pemenang

Ramadhan artinya adalah pembakaran, bulan saat dimana Allah dengan kasih sayang-Nya selama sebulan penuh membakar dosa-dosa dan segala sifat tercela yang ada dalam diri hamba-Nya melalui momentum ibadah puasa yang diwajibkan kepada seluruh hamba-Nya yang yakin kepada-Nya selama sebulan penuh, sehingga diharapkan setelah sebulan penuh kita menjalani ibadah puasa kita bisa 'Iedul Fithri (Kembali Suci) seperti bayi yang baru saja dilahirkan ke dunia dalam keadaan telanjang, polos tanpa dosa, tanpa pakaian kesombongan, kedengkian, ketamakan, dan kemunafikan serta sifat-sifat tercela lainnya dalam diri. maka jelaslah puasa yang sesungguhnya tidaklah hanya berpuasa menahan diri dari rasa lapar, dahaga dan hasrat seksual saja, tetapi juga berpuasa seluruh indra, akal dan hati kita dari melenakan hawa nafsu.

Puasa Ramadhan adalah ajang setiap hamba untuk meng upgrade kualitas diri, kehidupan dan keimanan melalui proses penyucian diri agar kita hidup lebih bahagia dan selalu berada dalam keberuntungan serta terhindar dari perbuatan-perbuatan yang akan merugikan diri sendiri, sebagaimana firman-Nya "Sungguh (telah dan akan selalu) beruntung orang yang menyucikan (jiwa) nya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya." (91:9-10). Bukankah emas tidak mungkin menjadi perhiasan yang indah dan mahal harganya bila tanpa melalui proses pembakaran dan pembentukan terlebih dahulu? Begitu pula jiwa dan keimanan kita tak akan mungkin kita bisa memiliki jiwa yang mulia dan sempurna tanpa proses penyucian diri melalui pembakaran sifat-sifat tercela dalam diri (Takholli) dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji (tahalli). 

Syawal itu artinya peningkatan, tidak semata-mat Allah menamai bulan setelah ramadhan dengan nama syawal kecuali ada maknanya. Seseorang yang telah melalui masa pelatihan Allah selama bulan Ramadhan akan mengalami peningkatan kualitas diri baik dalam sisi keimanan, akhlak, etos kerja dan kemanfaatan. Hingga mabrur (diterima/lulus) tidaknya ibadah puasa kita di bulan ramadhan akan tampak setelah Ramadhan usai dan memasuki bulan syawal.

Diantara tanda-tanda ibadah puasa yang mabrur adalah pola hidup yang semakin sederhana karena kemampuannya dalam mengendalikan hawa nafsunya telah terasah, kejujurannya pun meningkat karena selama puasa kita telah melatih rasa diri selalu diawasi oleh Allah (muroqobah) hal ini terbukti setiap hamba yang berpuasa tetap menjaga puasanya walaupun tak ada seorangpun yang mengawasinya, lebih banyak memberi manfaat karena rasa lapar dan keterbatasan gerak selama puasa telah mengasah kepekaan sosialnya, hidupnya menjadi semakin terarah dan bahagia karena dia semakin pandai bersyukur dan merasa tak memiliki alasan untuk mengeluh, kualitas dan kuantitas ibadahnya pun meningkat, hatinya semakin ikhlash, lembut dan pemaaf, tiada iri, dendam, dengki, marah, emosi, dan kesombongan, tutur katanya lebih terjaga dan terjauh dari pekerjaan yang sia-sia, jadilah dia manusia yang sempurna kebaikannya (insan kamil), makhluk yang paling mulia karena ketinggian akhlaknya, dan berhak meraih gelar muttaqin sebagaimana tujuan dari puasa yaitu membentuk pribadi yang bertakwa (muttaqin).

"Wahai orang-orang yang beriman! telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (2:183)

Itulah mengapa hari raya 'Iedul fithri disebut sebagai hari raya kemenangan, karena 'Iedul fithri merupakan hari dimana hamba-hamba yang telah sukses berpuasa sama artinya dia telah memenangkan peperangan yang Sang Nabi sebut sebagai peperangan terbesar umat manusia yaitu perang menaklukkan musuh dalam dirinya sendiri yaitu hawa nafsunya, sehingga untuk menjadi pemenang Nabi mengajarkan sebuah do'a di hari raya 'Iedul Fithri :

"Taqobbalallaahu minnii waminkum waja'alana minal 'aidin wal faizin (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian, dan semoga Allah menjadikan kita hamba yang kembali fithri dan meraih kemenangan)."

Wallaahu a'alam... Semoga kita termasuk ke dalam golongan Para Pemenang, yaitu golongan orang-orang yang ibadah puasanya mabrur dan berhak menyandang gelar muttaqin.

Salam
Pertapaan Aster 81
Hari Raya Kemenangan 1434 H

Jumat, 19 Juli 2013

Atas Cinta-Nya


Tersebutlah seorang wanita shalehah yang menjadi pelayan di sebuah rumah. Ia senantiasa melaksanakan shalat malam. Suatu malam sang majikan mendengar do'a-do'a yang ia baca dalam sujudnya, "Yaa Allah aku mohon kepada-Mu dengan cinta-Mu kepadaku agar Engkau memuliakanku dengan bertambahnya ketakwaan di hatiku... dan seterusnya."
Begitu ia selesai Shalat sang majikan bertanya kepadanya : "Darimana Engkau Tahu kalau Allah mencintaimu?" Ia pun menjawab : "Wahai tuanku, kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku, bagaimana mungkin dia membangunkan aku pada waktu-waktu seperti ini. Kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku, bagaimana mungkin Dia menggerakkanku untuk shalat kepada-Nya. Kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku mana mungkin Dia menggerakkan bibirku untuk bermunajat kepada-Nya?"

Sahabat, seringkali kita berfikir dan merasa bahwa kita adalah orang yang baik, orang yang beriman, orang yang beragama karena amal ibadah dan kebaikan yang kita lakukan, padahal semua amal ibadah dan kebaikan itu bisa kita lakukan karena karena cintanya Allah sama kita hingga Dia menggerakkan jiwa dan raga kita hingga kita bisa beribadah dan berbuat kebaikan. Dengan cinta-Nya Dia selalu memenuhi kebutuhan kita bahkan sebelum kita memenuhi memintanya, apa lagi yang kita minta pasti Dia kabulkan meskipun jalan, cara, waktu dan bentuknya seringkali tidak sama dengan yang kita inginkan tapi disesuaikan dengan yang kita butuhkan. Sebagaimana firman-Nya :
'Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah : 186)

Karena cinta-Nya kita memiliki rasa syukur agar kita bahagia, dengan cinta-Nya Allah buatkan pedoman dan tuntunan hidup berupa agama dan kitab suci agar kita tidak tersesat yang akhirnya menjerumuskan kita pada kesengsaraan. Dengan cinta-Nya lah kita mengenal kebaikan dan berbuat kebaikan.

Dikisahkan ada seorang hamba yang shaleh meninggal dunia, dia seorang hamba yang sangat shaleh yang telah menghabiskan usianya selama 500 tahun untuk beribadah kepada Allah tanpa henti. Saat bertemu dengan Allah maka Allah berkata "Wahai hamba-Ku dengan rahmat-Ku masuklah engkau ke dalam surga-Ku." Kemudian hamba itu protes kepada Allah " Yaa Allah kenapa aku masuk surga dengan rahmat-Mu bukan karena amal ibadahku yang selama 500 tahun tanpa henti?" Mendengar protes hamba-Nya itu lalu Allah memerintahkan untuk menimbang 500 tahun amal shaleh yang dilakukan si hamba dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, dan hasilnya amal ibadah yang dia lakukan bagaikan sebutir debu di padang pasar dibandingkan dengan rahmat yang telah Allah limpahkan kepadanya. Lalu dengan perasaan yang sangat malu kepada Allah dia pun berkata "Yaa Allah masukkanlah aku ke surga dengan rahmat-Mu."
Ibnu Athoillah bertutur dalam kitab al-Hikam "Janganlah merasa silau dengan amal seseorang tapi silaulah dengan Dia yang menggerakkan-Nya."

Tak perlu kita merasa bangga, merasa shaleh, merasa baik dan merasa mulia karena ibadah dan amal baik kita, apalagi sampai berani menyesatkan, merendahkan dan mencibir orang yang tidak beribadah, atau orang yang berbeda pemahaman dan tatacara beribadahnya dengan kita, karena kitapun bisa beribadah hanya karena Allah yang menggerakkan. Allah Maha Tahu segalanya, bisa jadi ibadah kita malah mengantarkan kita pada kemungkaran dan kekufuran pada akhirnya, dan siapa tahu suatu saat kemaksiatan seseorang justru akan mengantarkan pelakunya kepada jalan Hidayah.
Teruslah berusaha menjadi shaleh dan baik, teruslah meminta dengan kesungguhan untuk mendapatkan cinta-Nya, karena bila Allah mencintai hamba-Nya maka ia akan menggerakkan hamba-Nya menjadi ahli ibadah, terhindar dari maksiat, serta hidup bahagia dengan penuh cinta, kemuliaan dan kemanfaatan.


Salam 
Pertapaan Aster 81
5 Ramadhan 1434 H

Rabu, 09 Januari 2013

JADI PENGUSAHA DENGAN MODAL APA ADANYA



Dalam ratusan seminar entrepreneurship yang saya isi, ketika saya bertanya kepada para peserta apa hambatan terbesar bagi mereka saat ingin mulai bisnis? Jawabannya selalu saja sama yaitu UUD (Ujung-Ujungnya Duit) untuk modal, kebanyakan orang berfikir modal untuk berwirausaha itu adalah “DUIT”, hingga akhirnya kebanyakan orang yang bermimpi untuk berisnis tidak kunjung memulai langkah untuk berbisnis dengan alasan beum punya duit atau belum punya cukup duit untuk berbisnis.

Saya ingin sedikit bercerita sebuah dongeng yang menceritakan tentang kesuksesan seekor kancil yang berhasil mengalahkan hewan-hewan buas yang selalu mengincar dia untuk dijadikan mangsanya, karena dia terkenal cerdik dia selalu saja lolos dari sergapan para binatang buas. Tapi suatu hari sang kancil merasa lelah dan bosan terus berlari dan menjadi buruan hewan-hewan buas yang ingin memangsanya, hingga akhirnya dia memutuskan berhenti untuk berlari dan bersembunyi dari pemburunya, saat dia bertemu dengan anjing hutan yang ingin memangsanya si kancil tidak berlari seperti biasanya, tapi dia malah menantang anjing hutan itu untuk bertarung, kalau anjing hutan itu bisa mengalahkannya maka dia boleh memakan dagingnya yang empuk, tapi si kancil meminta syarat pertarungan dilakukan seminggu sejak hari itu dan di dalam goa yang gelap agar dia bisa mempersiapkan diri berlatih dan jadi lebih percaya diri menghadapinya karena dia tak melihat lawan bertarungnya,merasa dirinya adalah hewan yang kuat dan kancil hanya hewan yang secara fisik jauh lebih lemah darinya maka tanpa berpikir panjang dia menerima dan menyetujui tantangan maupun syaratnya.

Hari yang disepakati pun tiba, mereka bertemu di depan sebuah goa, lalu mereka ber 2 masuk ke dalam goa itu, namun hanya dalam waktu setengah jam sang kancil sudah keluar membawa potongan tulang belulang anjing hutan itu, dan berteriak pada seluruh penghuni hutan, aku sudah baru saja bertarung dengan anjing hutan, dan dia sudah kutaklukan dan kumakan hidup-hidup hanya dalam waktu setengah jam saja.
Teriakannya yang sesumbar itu di dengar oleh srigala yang sudah lama menjadi musuh bebuyutan dari sang kancil, lalu dia pun menghampiri sang kancil dan dengan sangat lantang srigala mengajukan tantangan pada sang kancil. “Hai kancil kalau berani lawan saya! Anjing Hutan itu terlalu bodoh hinga bisa kalah bertarung melawanmu, kalau kamu berani melawan saya bisa kupastikan kamulah yang akan kalah dan saya makan hidup-hidup!

Dengan kalem si kancil menjawab “Pikirkanlah lagi masak-masak sebelum kamu menantang saya wahai srigala,daripada kamu menyesal nantinya,dan penyesalanmu itu tentunya akan sangat sia-sia karena kamu sudah keburu mati menjadi tulang belulang karena saya makan!” karena merasa dihina dan dilecehkan oleh mahluk yang secara fisik dianggapnya jauh lebih lemah dari dia maka tanpa pikir panjang srigala pun mengajak si kancil bertarung dengan tantangan yang sama.

Kemudian mereka pun masuk ke dalam goa yang sama untuk bertarung, lalu setengah jam kemudian sang kancil pun kembali muncul dari dalam goa, juga sambil membawa tulang belulang,kali ini dia membawa tulang belulang srigala, dan kemudian dia pun kembali berteriak dengan lantang kepada seluruh penghuni hutan, “akulah si hebat kancil yang baru saja bertarung dan membunuh srigala sebagaimana aku membunuh anjing hutan dengan begitu mudahnya dan kemudian memakannya hidup-hidup”.

Teriakan tersebut terdengar oleh raja beruang yang kebetulan adalah sahabat dari srigala yang baru saja dikalahkan oleh kancil, dia bertanya pada kancil “Bagaimana caramu mengalahkan mereka yang meskipun mereka jauh lebih lemah dariku tapi jelas-jelas mereka jauh lebih kuat dari mu?” sang kancil hanya tertawa sinis dan berkata “Hahaha kalau kau ingin tau bagaimana mereka mengalahkanku, maka lawanlah aku kalau kau berani, walaupun benar kamu jauh lebih kuat dari mereka tapi aku yakin dapat mengalahkanmu dengan sangat mudah seperti aku mengalahkan dan menghabisi mereka dalam waktu singkat.” Karena kesombongan sang beruang yang merasa jauh lebih kuat dan menganggap remeh sang kancil akhirnya sang beruangpun menerima tantangan yang sama dari kancil dan bertarung melawannya di dalam goa yang sama.

Dan kemudian satu jam kemudian, tebak siapa yang keluar dari dalam goa?

Yups betul sekali kembali sang kancil yang keluar dan kembali menjadi pemenang, namun saat ini sang kancil keluar tidak sendirian, tapi berdua dengan seekor singa sang raja hutan, sang singa pun tersenyum puas kepada kancil dan berkata “Bila suatu saat kamu perlu bantuanku untuk mengalahkan musuhmu lagi kirim lagi saja padaku untuk kujadikan makan siangku”.

Pelajaran apa yang dapat diambil dari pelajaran ini? Bagaimana seekor kancil yang lemah mampu mengalahkan 3 binatang buas dan kuat hanya dalam waktu 2 jam saja? Bila sang kancil bertarung secara fisik jelas dia akan kalah, karena dia tidak memiliki modal kekuatan dan kemampuan yang cukup untuk melawan apalagi mengalahkan mereka, tapi kancil sadar meskipun dia lemah secara fisik tapi dia tidak lantas berputus asa dan menyerah pada keadaan,dia masih memiliki hal lain yang dimilikinya sebagai modal luar biasa yaitu kecerdikannya.

Ke 2 karena kesadaran akan kelemahan dirinya, meskipun dia cerdas diapun tidak lantas menjadi sombong, dan dia sadar untuk melawan musuh yang besar dan mencapai tujuan yang besar, maka dia harus mau berbagi dan bekerjasama, dan diapun melobi singa yang merupakan raja hutan dan mahluk terkuat di rimba raya. Dengan kecerdikan dan jaringan pertemanan yang dia miliki sang kancil sukses menjadi hewan yang dianggap kuat dan ditakuti hewan buas.

Kembali berbicara masalah bisnis, bila ada peserta seminar yang mengatakan dia tak punya modal untuk mulai bisnis maka saya akan mengajukan pertanyaan padanya seperti ini :

Saya (S) : Bagaimana bila saya kasih uang buat 10 juta tapi saya minta tangan anda 1 gimana mau?
Peserta (P) : Wah gak mau!
S : Gimana kalau 10x lipat, saya kasih 100 juta tapi saya minta tangan anda dua-duanya gimana?
P : Jelas Gak mau!
S: Oh kalo gitu gini aja saya kasih 10 milyar tapi saya minta tangan sama kaki semuanya gimana?
P: Sama aja saya gak akan mau!
S: Hmm masih gak mau juga toh, gini aja deh penawaran terakhir gimana kalau saya kasih 1 trilyun tapi saya minta 2 tangan,2 kaki,2 mata sama 2 telinga milik anda, gimana?
P: Berapapun yang anda tawarkan, gak akan cukup buat membeli tubuh saya!
S: Jadi sebenarnya berapa besar asset yang anda punya yang bisa anda jadikan modal?
P: Hmm saya sadar sekarang, ternyata saya memiliki modal asset yang tak ternilai harganya!
S:Yah dan itu adalah buktu bahwa anda memiliki modal yang sangat cukup untuk anda mulai berbisnis.

Jadi tak ada lagi alasan tak punya modal untuk menjadi seorang pengusaha, karena modal itu bukan hanya “DUIT” tapi diri dan kehidupan kita adalah modal, saudara, teman dan jaringan yang kita miliki adalah modal, bahkan pengalaman pun adalah modal, serta apapun yang kita miliki, kita ketahui, kita mampu lakukan semua itu adalah asset yang kita miliki yang bisa kita adikan modal untuk kita bisa terjun menjadi seorang pebisnis.

Pertanyaannya seberapa besar pengetahuan kita atas potensi yang kita miliki dan seberapa besar usaha, kesungguhan dan kemampuan kita untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki dan menjadikan nya modal yang sangat berharga untuk mewujudkan semua mimpi kita dan menjadikan kita pribadi seperti apa yang kita kehendaki.

Pelajaran ke 2, sang kancil menyadari bahwa dirinya begitu lemah, tidak mungkin dia mengalahkan dan menaklukan hewan-hewan buas yang begitu kuat, maka dia meminta bantuan pada singa sang raja Hutan yang merupakan hewan terkuat di seantero rimba belantara. begitupun kita sebagai manusia memiliki banyak keterbatasan yang membuat kita tak mungkin menaklukan dunia, tapi ingatlah kita memiliki Dia Sang Raja manusia, yang merajai segala kerajaan di dunia dan akhirat, yaitu Tuhan Sang Pencipta, bergantunglah kepada-Nya, meminta tolonglah kepada-Nya, karena tak ada yang tak mungkin bagi-Nya, Sebagaimana pesan Sang Nabi : "Apabila kita memiliki tekad apapun maka berserah diri lah kepada Tuhan"

Di atas gunung yang tinggi ada gunung yang lebih tinggi, di atas langit ada langit, di atas raja ada raja yang lebih berkuasa, tapi kedudukan dan kekuasaan tertinggi hanyalah milik Tuhan seru sekalian alam. firman-Nya dalam buku suci "Barang saiapa yang berserah diri kepada Tuhan maka akan dicukupi segala kebutuhannya"

Pelajaran ke 3, selama ini ang kancil selalu saja bekerja keras untuk selalu menyelamatkan dirinya dari para hewan pemangsa yang memburunya, tapi kerja keras saja ternyata tidak lah cukup, kerja keras saja hanya membuat dia selamanya terus berlari tiada henti dan selalu menjadi hewan yang diburu, perlu strategi dan kerja cerdas untuk mengakhiri pelariannya, maka dia menggunakan akalnya untuk membuat strategi yang akhirnya membuat dia menjadi hewan yang ditakuti oleh para hewan buas pemburu. begitupun dengan kita, kerja keras saja tak cukup, tapi perlu ilmu yang luas untuk menjadi pemenang di tengah kehidupan yang sangat keras, kuncinya adalah wawasan yang luas. Sang Nabi pernah bersabda :
"Barang siapa yang ingin sukses di dunia maka harus dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan sukses di akhirat maka harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kesuksesan di dunia dan akhirat maka harus dengan ilmu"

Sedikit kerja orang yang berilmu akan menghasilkan nilai yang jauh lebih banyak dibandingkan kerja ratusan kali orang yang minim ilmu, sedikit ibadah orang yang berilmu akan lebih berkah, bernilai dan bermanfaat di bandingkan orang yang kurang ilmu, bahkan orang yang berilmu tidurnya pun bermanfaat, dan setanpun merasa lebih takut tidurnya orang yang berilmu daripada ibadahnya orang yang kurang ilmu.

Orang berilmu membuat rejeki dan dunia bekerja untuknya, sedangkan orang yang kurang ilmu membuat dia bekerja untuk rejeki dan dunia

Salam Pengusaha
Pertapaan Aster 81
Rabu 9 Januari 2013

Selasa, 01 Januari 2013

PEREMPUAN TANPA BAKAT


Saat kebanyakan manusia di seluruh belahan bumi sedang menikmati dan larut dalam euforia perayaan tahun baru 2013 bersama teman,sahabat, kerabat, kekasih atau keluarga tercinta aku memilih untuk menikmati menyepi dalam kesendirian ditemani gegap gempita suara kembang api yang menghiasi langit malam ini, sejak sore tadi semua orang di rumah pergi ke tempat kakak ku kecuali adikku anak yang no 3,dia pergi merayakan tahun baru bersama teman-temannya.

Kuseduh secangkir kopi untuk menemaniku, hari ini aku mendapatkan pertanyaan dari seorang perempuan yang sudah ku khitbah beberapa bulan lalu, "kang kenapa kamu milih aku? padahal tak ada sedikitpun kebaikan dan kelebihan yang kupunya, tak sedikitpun kau mendapatkan keuntungan dengan menikahiku kecuali hanya menambah bebanmu saja! aku yang sudah terbiasa hidup dimanja sebagai anak bungsu, tak tahu bagaimana seharusnya aku bersikap bila sudah menikah nanti? aku tak tahu caranya melayani suami dan mendidik anak, aku bahkan tak mampu membayangkan bagaimana bila aku sudah menikah nanti?,aku ingin hanya mengalamai sekali menikah untuk seumur hidupku dengan dia yang menjadi suamiku" yah ini adalah pertanyaan yang juga banyak dilontarkan oleh para mahasiswi binaanku.

Aku teringat sebuah cerita yang di tulis oleh guruku Prof DR. KH. Afif Muhammad yang berjudul "WANITA TANPA BAKAT" yang menceritakan tentang ibunya, tentang bagaimana ibunya mendidik anak-anaknya dan menjadi istri untuk suaminya, tulisan beliau sungguh merupakan gambaran yang menunjukkan tentang sosok seorang istri yang sempurna dan seorang ibu yang sempurna walaupun dengan segala keterbatasannya, inilah kisahnya :

Kalau ada seorang perempuan yang  paling sabar di dunia ini, itu pasti ibuku. Seperti umumnya orang Jawa pesisiran, aku memanggil ibuku dengan “Emak.” Orangnya tinggi semampai, berkulit langsat, dengan rambut lurus, hitam tebal. Orang tidak akan menyebut emakku cantik, tetapi jika dikatakan “manis”, mereka pasti sepakat. Emak, menurutku, salehnya luar biasa. Emak anak sulung  dari sembilan bersaudara. Dari deretan panjang saudara Emak itu, laki-lakinya hanya ada tiga orang. Selebihnya perempuan.

Emak buta huruf latin, tetapi pandai membaca huruf Arab, rajin shalat dan membaca Al-Qur’an. Suaranya sendu dan bergetar. Bulik-bulikku mengatakan, “Makmu itu, kalau membaca Al-Qur’an, membuat orang yang mendengarnya bisa nangis.”

Emak adalah orang yang tidak bisa berteriak. Seumur hidupku, aku belum pernah mendengar Emak bersuara tinggi. Entah tidak bisa, atau memang tidak mau, sampai hari ini aku tidak tahu. Yang aku tahu, Emak jarang sekali marah. Kalau pun marah, Emak cenderung diam. Sepertinya, amarahnya tidak pernah bisa keluar, karena dada Emak begitu kuat menahannya. Tetapi, itu tak berarti Emak tidak pernah marah. Namanya juga manusia. Cuma, marah Emak diwakilkan kepada anak-anaknya. Maksudku begini. Sekali waktu, ketika aku minta embuh, nasi sudah tidak ada lagi. Aku menangis sambil gulung-gulung di tanah. Piring kulempar. Eee…, Emak tenang-tenang saja. Yang marah justeru kakak-kakakku. Mereka mengikat aku di salah satu tiang bambu yang ada di dapur. Emak tidak mencegah mereka. Sepertinya, dia  mau mengatakan, “Kalau kamu seperti itu, Emak tidak  marah, tapi kakak-kakakmu yang marah padamu.”

Ketika  aku meronta, tiang itu jebol, dan kakak-kakakku membawa aku ke lubang sampah yang lebarnya kira-kita dua meter dan dalamnya  satu setengah meter. Mereka mengancamku untuk memasukkan aku ke lubang itu. Ancaman itu  mujarab. Aku tidak menangis lagi. Kemudian Emak memandikanku di sumur, sambil menasehatiku dengan suara lembutnya. Dan semuanya selesai. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Emak saat itu. Mungkin hatinya tersayat-sayat melihat aku masih ingin makan, tetapi nasi sudah tidak ada lagi. Padahal sebenarnya, tidak boleh embuh itu sudah aturan keluarga. Cuma, karena ketika itu aku masih kecil, aku kurang bisa memahaminya.

Malam harinya, ketika Emak menidurkan aku, Emak menasehatiku dengan suaranya yang lembut, “Anak seusiamu boleh nakal, tetapi tidak boleh merusak…”. Mendengar itu, diam-diam aku menangis.

Hubungan Emak dengan Bapak bukan sekedar hubungan suami dengan isteri, tetapi guru dan murid. Kalau Bapak berbicara kepada Emak, Bapak menggunakan bahasa ngoko, tetapi Emak menjawabnya dengan bahasa kromo. Emak begitu hormat kepada Bapak, sampai-sampai tidak pernah kudengar dia protes barang  sekali pun. Aku tidak tahu apa sebabnya. Mungkin kakek dan nenekku (dari pihak Emak) mengajarinya begitu. Melawan suami? Tidak ada kamusnya. Karena, memang tidak ada alasan bagi Emak buat melawan Bapak.

Emak pernah bercerita kepadaku bahwa ketika menikah  dengan Bapak, Bapak adalah joko tua (bujangan tua). Ukurannya  bukan usia Bapak, tetapi jarak usia mereka berdua. Aku tidak tahu persis  berapa jarak usia Emak dengan  Bapak. Tetapi, ketika Bapak  meninggal  duani di tahun 1993, usianya 93 tahun. Emak meninggal  dunia tahun 2000 dalam usia 83 tahun. Berapa tahun tuh jaraknya?

Kata Emak, ketika menikah, Emak masih kecil. Mereka dijodohkan oleh Embah (ayahnya Emak). Ceritanya seperti kisah para pendekar jaman dulu. Bapak adalah santrinya Kiai  Muntaha di Pondok Kedung Macan. “Kedung” artinya sarang dalam bentuk lubang besar. Lazimnya di tengah Sungai. Jadi,  mestinya Kedung (untuk) Buaya, bukan Kedung Macan. Entahlah. Mungkin di kampung itu dahulu ada macan yang bersarang di dalam kedung di tengah suangai,  sehingga  namanya menjadi  Kedung  Macan. Sedangkan Emak tinggal bersama Embah di Tawangsari. Aku yakin Embah orang asli Jombang. Sebab, sanak-familinya tersebar di seluruh penjuru Mojopahit.

Emak adalah tipe isteri yang berbakti kepada suami.  Keikhlasannya menjadi pendamping Bapak memancar lahir dan batin. Tampaknya, konsep “suwarga nunut neraka katut” benar-benar mendarah-daging pada diri Emak. Sepertinya Emak yakin betul bahwa Bapak pasti membawanya ke surga, tidak ke neraka. Antara mereka berdua tidak pernah ada pertengkaran, tidak ada protes, tidak ada keluh-kesah,  tidak ada kata kasar dan bentakan. Yang ada adalah kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi kehidupan yang sangat berat. Kondisi seperti itu yang membuat  aku, hingga kini, pasti tersentak kaget setiap mendengar suara tinggi, apalagi bentakan.

Semua itu membuat Emak  memang tidak ceria, tetapi juga tidak kelabu. Wajahnya teduh, dan memancarkan keikhlasan dan kesabaran tanpa batas. Kebutuhan hidupnya sangat tidak tercukupi. Tetapi Emak tidak pernah mengeluh. Tidak pula pernah menangis. Kalau pun pernah, aku  tak pernah melihatnya, bahkan  sampai Emak meninggalkan kami. Di tangan Emak,  apa yang bagi orang lain tak cukup,  menjadi cukup. Yang sempit menjadi lapang. Yang dianggap orang hanya cukup untuk seorang, di tangan Emak bisa cukup untuk tiga orang. Daya tahannya benar-benar luar biasa, dan itu dialirkannya ke tubuh kami lewat setiap kepal nasi yang dibagikannya  di piring-piring kami, lewat setiap tetes air  yang  kami teguk, lewat dingin malam yang kami lalui dalam gelap, lewat terobosan angin yang menyelusup  di dinding-dindingbilik rumah kami yang berlubang, lewat suara sendunya saat membacara kalam Ilahi, lewat cahaya matanya yang berkaca-kaca tetapi tak pernah mengalirkan air mata, lewat detik-detik waktu yang kami jalani jengkal demi jengkal, lewat lidah-lidah api yang marayap dari daun-daun kering yang digunakannya untuk menanak nasi.

Daun-daun kering untuk menanak nasi? Ya. Emak memang sering memasak dengan menggunakan daun kering sebagai pengganti kayu bakar. Mestinya hal  itu tidak perlu terjadi. Sebab, mencari kayu bakar dari ranting-ranting pohom atau carang (ranting-ranting pohon bambu) kering tidak terlalu sulit kami dapatkan. Tetapi Emak tentu tidak dapat melakukan itu. Biasanya aku yang melakukannya. Tetapi, sebagai anak-anak yang masih dalam usia senang bermain, aku tidak selamanya dapat mencari kayu atau carang untuk Emak. Kesadaran kanak-kanakku rasanya belum dapat menjangkau hal-hal seperti itu. Sekali pun tidak sering, aku tidak jarang membiarkan Emak tidak punya kayu untuk menanak nasi. Kalau sudah begitu Emak menyapu pekarangan kami yang memang luas itu, guna mengumpulkan daun-daun  nangka dan mangga yang berserakan. Daun-daun keringnya dipisahkan dari daun-daun basahnya, lalu daun-daun itu dimasukkan ke sangkar ayam, dan dibawa ke dapur. Dengan daun-daun kering itulah Emak menanak nasi. Jadi, bisa kawan-kawan bayangkan berapa lamanya menanak nasi dengan daun-daun kering seperti itu. Sebab,  jika kita menaruh tangan kita di atas lidah-lidah apinya, rasanya tidak panas.

Sekali pun dengan daun kering, nasi atau air yang ditanak Emah, toh, masak juga. Entahlah, untuk waktu itu rasanya, ya, biasa-biasa saja. Tidak lama. Mungkin karena manusia zaman itu belum sibuk seperti sekarang, sehingga semuanya berjalan tidak tergesa-gesa seperti sekarang ini. Matahari rasanya lambat berjalan. Waktu antara Zhuhur ke `Ashar, dan `Ashar ke Maghrib, terasa cukup lama, sehingga bermain layang-layang pun bisa kenyang. Keadaan seperti itu sangat berbeda dengan yang aku rasakan ketika aku sudah dewasa. Sekarang ini aku merasakan bahwa waktu berjalan begitu cepat.  Entahlah, mungkin karena aku sibuk, sehingga waktu berjalan tanpa terasa. Tambahan lagi, orang-orang sekarang kan penuh persaingan. Kalau tidak cepat, pasti tidak dapat. Akibatnya, segala sesuatu berjalan tergesa-gesa, seakan-akan semua orang dikejar-kejar waktu. Atau, jangan-jangan, matahari memang berjalan lebih cepat?

Dengan anak delapan orang, hampir di sepanjang hidupnya, Emak tidak merasakan kegembiraan. Emak tidak pernah punya baju bagus. Bahkan jumlah bajunya pun sangat sedikit. Lemari  kami yang tinggi besar dan terbuat dari jati itu tidak pernah ada isinya. Apalagi perhiasan. Dalam hal makan, beras untuk hari ini, ya, dibeli hari ini. Bahkan, kadang-kadang tidak ada. Botekan-nya pun lebih sering kosongnya dibanding berisinya. Karena itu, ketika kami pingin rujakan, kami seringkali sulit menemukan bumbu, bahkan sekedar sebutir cabai rawit sekali pun. Itu sebabnya masakan Emak “tidak enak.”  Bukan karena Emak tidak pandai memasak, tetapi bumbunya yang nggak ada. Karena itu, ketika kami sudah sama-sama dewasa, dan kebetulan bisa berkumpul, lalu kami membicarakan masakan Emak, kami berkata sambil tersenyum-simpul:  “Masakan Emak tidak enak.” Kalau sudah begitu, Mas Chalik pasti membela, “Ya, karena nggak ada yang bisa dipakai membuat enak, Dik….” Dan kami pun tertawa gembira. Kami  semua bangga punya Emak seperti itu, sebangga kami terhadap Bapak.

Pengaruh Bapak pada diri  Emak kuat sekali, sehingga Emak menjadi sangat berbeda dari saudara-saudaranya. Ketaatannya beribadah, adalah ketaatan Bapak. Khusyu`nya dalam shalat adalah kekhusyu`an Bapak. Ketidaksukaannya membicarakan orang adalah kebiasaan Bapak. Walhasil, menurutku, Emak sudah “lenyap” dalam pusaran Bapak yang demikian kuat.

Ketika aku rindu pada Bapak dan Emak seperti sekarang ini, aku sering membayangkan betapa menderitanya mereka. Tetapi  penderitaan itu mereka hadapi tanpa suara. Bukan bisu, tetapi diam. Sikap diam yang sanggup membuat penderitaan menyerah di kaki mereka. Mereka berdua adalah orangtua yang rela menderita demi anak-anak mereka. Pandangan mereka jauh ke depan, sehingga yang di depan mata tidak mereka perdulikan. Mereka berdua begitu memperhatikan kami, sehingga hak-hak mereka untuk sedikit senang, rasanya sudah kami rampas sehabis-habisnya.

Emak sepertinya dihadirkan Tuhan untuk menjadi perempuan tanpa bakat, kecuali tabah dan sabar. Sebab, ketika Emak berusaha melawan kesulitan hidup kami dengan berbagai usaha, semuanya gagal. Emak pernah mencoba menjadi penjual ikan asin di pasar kota, dan gagal. Menjual jamu dan tembakau susur, juga tidak berhasil. Ketika ibu-ibu lain memelihara ayam dan bertelur banyak, ayam-ayam yang  dipelihara Emak seperti mandul. Ketika orang-orang lain menanam mangga dan berbuah lebat, pohon mangga kami justeru berulat. Kata orang, tangan Emak “panas.” Ia keturunan Drupadi, yang tidak diciptakan kecuali hanya untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya.

                                                                         **********

Seorang wanita dengan segala keterbatasannya, jauh sekali dari kesempurnaan, tapi dia mampu memberikan cinta yang sempurna untuk suami dan anak-anaknya, sebagai istri dia mampu memberikan penerimaan dan ketulusan yang sempurna  untuk suaminya walaupun suaminya tak mampu memberikan limpahan kebahagiaan material kepadanya, dia memang tak mampu membantu suaminya menambah nafkah keluarga, tapi dia tidak membebani suaminya dengan keluh kesahnya, dia terima dan syukuri apapun yang ada pada suaminya dan yang diberi oleh suaminy,. sebagai ibu dia mampu memberikan teladan yang sempurna pada anak-anaknya, tak banyak kata yang dia ucapkan untuk mengajarkan anak-anaknya, namun segala perilakunya menjadi teladan bagi semua anaknya.

dengan segala cinta dan ketulusannya, wanita tanpa bakat itu telah berhasil mencetak anak-anak yang bersahaja dengan pribadi dan kehidupan yang luar biasa seperti guruku yang telah menuturkan kisah tersebut. Yakinilah tak ada seorangpun yang sempurna di dunia ini, tak perlu juga menjadi seorang yang sempurna untuk bisa menjadi seorang istri dan seorang ibu yang sempurna, cukup berusahalah memberikan cinta, ketulusan dan pengorbanan yang sempurna, lalu syukurilah semua fase kehidupanmu secara sempurna, maka kebahagiaan, cinta dan kasih sayang dari Allah dan semua yang kau cintai akan kamu dapatkan dengan sempurna.


Salam
Dini Hari di awal tahun 2013
Pertapaan Aster 81