Jumat, 19 Juli 2013

Atas Cinta-Nya


Tersebutlah seorang wanita shalehah yang menjadi pelayan di sebuah rumah. Ia senantiasa melaksanakan shalat malam. Suatu malam sang majikan mendengar do'a-do'a yang ia baca dalam sujudnya, "Yaa Allah aku mohon kepada-Mu dengan cinta-Mu kepadaku agar Engkau memuliakanku dengan bertambahnya ketakwaan di hatiku... dan seterusnya."
Begitu ia selesai Shalat sang majikan bertanya kepadanya : "Darimana Engkau Tahu kalau Allah mencintaimu?" Ia pun menjawab : "Wahai tuanku, kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku, bagaimana mungkin dia membangunkan aku pada waktu-waktu seperti ini. Kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku, bagaimana mungkin Dia menggerakkanku untuk shalat kepada-Nya. Kalau bukan karena cinta-Nya kepadaku mana mungkin Dia menggerakkan bibirku untuk bermunajat kepada-Nya?"

Sahabat, seringkali kita berfikir dan merasa bahwa kita adalah orang yang baik, orang yang beriman, orang yang beragama karena amal ibadah dan kebaikan yang kita lakukan, padahal semua amal ibadah dan kebaikan itu bisa kita lakukan karena karena cintanya Allah sama kita hingga Dia menggerakkan jiwa dan raga kita hingga kita bisa beribadah dan berbuat kebaikan. Dengan cinta-Nya Dia selalu memenuhi kebutuhan kita bahkan sebelum kita memenuhi memintanya, apa lagi yang kita minta pasti Dia kabulkan meskipun jalan, cara, waktu dan bentuknya seringkali tidak sama dengan yang kita inginkan tapi disesuaikan dengan yang kita butuhkan. Sebagaimana firman-Nya :
'Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah : 186)

Karena cinta-Nya kita memiliki rasa syukur agar kita bahagia, dengan cinta-Nya Allah buatkan pedoman dan tuntunan hidup berupa agama dan kitab suci agar kita tidak tersesat yang akhirnya menjerumuskan kita pada kesengsaraan. Dengan cinta-Nya lah kita mengenal kebaikan dan berbuat kebaikan.

Dikisahkan ada seorang hamba yang shaleh meninggal dunia, dia seorang hamba yang sangat shaleh yang telah menghabiskan usianya selama 500 tahun untuk beribadah kepada Allah tanpa henti. Saat bertemu dengan Allah maka Allah berkata "Wahai hamba-Ku dengan rahmat-Ku masuklah engkau ke dalam surga-Ku." Kemudian hamba itu protes kepada Allah " Yaa Allah kenapa aku masuk surga dengan rahmat-Mu bukan karena amal ibadahku yang selama 500 tahun tanpa henti?" Mendengar protes hamba-Nya itu lalu Allah memerintahkan untuk menimbang 500 tahun amal shaleh yang dilakukan si hamba dengan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, dan hasilnya amal ibadah yang dia lakukan bagaikan sebutir debu di padang pasar dibandingkan dengan rahmat yang telah Allah limpahkan kepadanya. Lalu dengan perasaan yang sangat malu kepada Allah dia pun berkata "Yaa Allah masukkanlah aku ke surga dengan rahmat-Mu."
Ibnu Athoillah bertutur dalam kitab al-Hikam "Janganlah merasa silau dengan amal seseorang tapi silaulah dengan Dia yang menggerakkan-Nya."

Tak perlu kita merasa bangga, merasa shaleh, merasa baik dan merasa mulia karena ibadah dan amal baik kita, apalagi sampai berani menyesatkan, merendahkan dan mencibir orang yang tidak beribadah, atau orang yang berbeda pemahaman dan tatacara beribadahnya dengan kita, karena kitapun bisa beribadah hanya karena Allah yang menggerakkan. Allah Maha Tahu segalanya, bisa jadi ibadah kita malah mengantarkan kita pada kemungkaran dan kekufuran pada akhirnya, dan siapa tahu suatu saat kemaksiatan seseorang justru akan mengantarkan pelakunya kepada jalan Hidayah.
Teruslah berusaha menjadi shaleh dan baik, teruslah meminta dengan kesungguhan untuk mendapatkan cinta-Nya, karena bila Allah mencintai hamba-Nya maka ia akan menggerakkan hamba-Nya menjadi ahli ibadah, terhindar dari maksiat, serta hidup bahagia dengan penuh cinta, kemuliaan dan kemanfaatan.


Salam 
Pertapaan Aster 81
5 Ramadhan 1434 H