Selasa, 12 Juli 2011

Menembus Batas

Sekelumit kisah yang mungkin dapat dijadikan pelajaran, suatu hari dalam perjalanan menuju Kota Kendari Sulawesi Tenggara, saya bertemu seseorang di Pesawat, dia bercerita tentang kehidupannya, dia adalah pejabat di sebuah perusahaan besar, secara financial seharusnya dia adalah orang yang sangat berkecukupan, karena selain gaji pokoknya yang sangat besar, dia pun masih mendapatkan keuntungan dari (maaf) uang suap kontraktor rekanan perusahaan, mark up harga pembelanjaan dan lain-lain, tetapi kehidupannya sungguh tragis, rumah tangganya hancur, anak-anaknya ada yang terjerumus pergaulan bebas dan narkoba, ada yang sakit-sakitan, ada yang sekolahnya hancur, bahkan isterinya hanya bisa berfoya-foya dan bermain serong. Dia sendiri terkena penyakit komplikasi yang membuat dia harus malakukan cuci darah seminggu sekali, dan hanya bisa makan makanan tertentu saja, ironisnya sampai sekarang rumah dan kendaraan yang dimilikinya masih dalam masa angsuran…

Satu lagi kisah yang sangat kontradiktif dengan kisah di atas, tentang seorang mantan pedagang kaki lima, penghasilannya sangat minim, tetapi hidupnya tenang, tentram, aman dan damai, anak-anaknya sukses menjadi sarjana, ada yang menjadi pengusaha dan ada juga yang bekerja di perusahaan asing, semuanya sangat taat beragama, dan berbakti kepada orang tua, rumahnya walaupun kecil tetapi milik sendiri, sekarang dia menghabiskan sisa usianya dengan konsentrasi memperbanyak ibadah, ketika Saya Tanya bagaimana Bapak mengatur hidup ini, Dia hanya menjawab : “dari dulu saya tidak pernah berusaha untuk mengatur hidup ini, tetapi saya selalu berusaha bagaimana saya hidup mau diatur oleh Allah dan mau mengikuti aturan Allah…” dalam hidupnya dia selalu berusaha untuk berserah diri secara utuh kepada Allah, dia serahkan segala hidup dan kehidupannya kepada Allah, sebagai manusia dia hanya bisa berusaha sebatas kemampuannya, sisanya dia pasrahkan kepada Allah, selain itu dia selalu berusaha mensyukuri apapun yang Allah berikan kepadanya, sehingga dia tidak pernah merasa kurang dalam hidupnya, dia senantiasa merasa cukup, dan dia bisa menjalankan kehidupan ini dengan penuh keikhlasan.

Ketika masalah melanda hidup kita, seringkali kita menyesali hidup, merasa hidup kita paling menderita dan tidak jarang kita menyalahkan Allah, hingga kita memvonis bahwa Allah telah berbuat tidak adil pada kita, bahkan menganggap Allah tidak pernah ada untuk kita disaat kita membutuhkan-Nya. Allah SWT berfirman :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S.Al-Baqoroh:186)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.” (Q.S.Al-Baqoroh:152)

Jadi yang patut kita pertanyakan bukanlah jarak kedekatan Allah dengan kita, tetapi berapa jarak kedekatan kita dengan Allah? Artinya sampai sejauh mana usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Allah, seberapa sering kita mengingat Allah, seberapa sering kita melibatkan Allah dalam rutinitas hidup kita, serta seberapa besar usaha kita dalam menjalankan aturan-aturan Allah, baik perintah maupun larangan-Nya sehingga kita menjadi hamba yang layak diingat, diperhatikan dan dicukupi oleh Allah?
Rasulullah SAW mengajarkan kita (ibda’ bi bismillaah) awalilah segala aktivitas gerak langkah dan kata kita dengan mengucapkan bismillaahirrohmaanirrohiim, dengan mengucapkan kalimat ini, kita bukan hanya sekedar mengharapkan berkah, tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan karya yang positif.

Menurut para mufassir kata " bi" yang diterjemahkan “dengan” oleh para ulama dikaitkan dengan kata “memulai”, sehingga pengucap bismillaah pada hakikatnya berkata: “Dengan (atau demi dan bersama) Allah saya memulai (pekerjaan ini).” Apabila Anda menjadikan pekerjaan anda “atas nama”,“demi” dan "bersama" Allah, maka pekerjaan tersebut tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain, karena ketika itu anda telah membentengi diri dan pekerjaan anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi, karena secara otomatis andapun akan merasa muroqobah (senantiasa diawasi oleh Allah).

Kata "bi" juga dikaitan dengan “kekuasaan dan pertolongan” Allah, sehingga bagi si pengguna bismillaah dia menyadari bahwa sesungguhnya setiap pekerjaan yang dilakukannya hanya dapat terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, didalam jiwa si pengguna akan tertanam kesadaran akan rasa kelemahan di hadapan Allah SWT. Dan pada saat yang bersamaan akan tertanam pula kekuatan, rasa percaya diri, dan optimisme karena ia merasa mendapatkan sokongan, bantuan dan kekuatan dari Allah yang merupakan sumber segala kekuatan. Apabila setiap pekerjaan dilakukan atas bantuan Allah maka pasti ia akan menjadi sempurna, indah baik dan benar karena sifat-sifat Allah “berbekas” pada pekerjaan tersebut.

Allah adalah Sang pemilik kesempurnaan yang Maha sempurna, termasuk kesempurnaan sifat-sifatnya. Ada dua sifat yang ditekankan dalam kalimat bismillaah ini, yaitu al-Rahmaan dan al-Rahiim, al-Rahmaan adalah sifat Allah yang menggambarkan kasih sayang Allah kepada alam raya termasuk manusia baik yang beriman maupun tidak dengan memberikan curahan rahmatnya secara aktual. Sedangkan al-Rahiim adalah sifat Allah yang menggambarkan kasih sayang Allah yang hanya dicurahkan kepada mereka yang beriman dan akan diberikan setelah di akhirat kelak.

Ucapkanlah bismillaah pada saat Anda akan bekerja, niscaya pekerjaan yang Anda lakukan akan menjadi indah, mudah dan benar, karena kasih sayang Allah akan tercurah pada setiap alat yang anda pergunakan, jalan yang anda lalui dan proses yang anda jalankan. Sertakanlah Allah dengan diawali mengucapkan bismillaah pada setiap gerak, langkah dan seluruh kegiatan Anda, agar kasih sayang Allah tercurah kepada Anda, dan anda pun mampu mencurahkannya kepada yang lain.

Tanamkanlah dalam hati dan jiwa kita prinsip “Dari, Untuk dan Bersama Allah”, artinya tanamkan dalam hati kita keyakinan bahwa hidup ini berasal dari Allah, karena itu Allah lah yang memiliki kuasa mutlak atas hidup dan kehidupan kita. Maka dari itu sadarilah bahwa sesungguhnya hidup ini milik Allah, maka jadikanlah tujuan hidup kita hanya untuk Allah. Bila kita sudah menjadikan Allah sebagai tujuan hidup kita, maka bawalah selalu Allah dalam segala aktivitas kita dan ikutilah aturan main yang telah ditunjukan oleh Allah, niscaya Allah akan senantiasa membantu kita, dengan kuasanya tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita, semua masalah menjadi mudah, kehidupan kita akan terasa indah, hilanglah segala rasa susah, resah dan gelisah, serta hidup kita bertabur berkah, maka masa depan pun menjadi cerah.

Salah dan keliru jika kita beranggapan bahwa “lima kali lima sama dengan dua puluh lima” baik dengan ataupun tanpa melibatkan Allah,ingatlah bahwa kuasa Allah adalah absolut, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, bila Allaah berkata kun (Jadi) fayakun (Maka jadilah ia). Selain itu paling tidak jumlah tersebut diucapkan dan dipaparkan dengan lebih indah dan lebih baik, sementara bila tanpa melibatkan Allah jumlah tersebut dalam catatan mungkin tetap dua puluh lima, tetapi dalam kenyataanya hanya ada dua puluh, yang sebagian mungkin tercecer ke kantong orang yang enggan sertakan Allah.

Pertolongan Allah akan datang pada siapapun yang mampu berserah diri kepada Allah, bagi mereka yang beriman dan berserah diri kepada Allah, maka Allah berfirman :

"Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman." (Q.S. Ash Shaff : 13)

“…Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal (Berserah diri) lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Q.S. Ali-Imron:159)

“…barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar # Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. Ath Tholaq : 2-3)

Maka dari itu Sertakanlah selalu Allah dalam setiap gerak langkah dan kata kita, dalam setiap aktivitas dan rutinitas kita...maka kuasa dan kasih sayang Allah kan senantiasa menyertai kita...hingga semuanya kan menjadi lebih mudah dan lebih indah...Wa Allahu a’lam bi al showab, Maha benar Allah Sang pemilik keindahan yang maha sempurna atas segala petunjuk, kuasa dan kasih sayang-Nya.

Duhai Robbi sungguh hamba adalah seonggok jasad yg tak mampu melakukan apapun kecuali atas izin-Mu,hamba adalah sang pandir yang tidak mengetahui apapun kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku,dan hamba sang faqir yang tak memiliki apapun kecuali apa yang telah Engkau amanatkan kepadaku...

Salam
Pertapaan Pangestu Imani
16 Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar