Siang itu tiba-tiba si pandir datang menemuiku ke kantor, shob lagi sibuk gak? Kita makan siang di warung soto biasa yuk, udah lama ane kagak makan di situ, ajak si pandir padaku. Kebetulan hari itu saya memang sedang tidak punya kesibukan yang berarti, dan memang saat itu sudah waktunya juga makan siang, lalu saya pun mengiyakan ajakan si pandir itu, dan lalu kami pun berangkat menuju warung soto langganan kami itu untuk makan siang, sesampainya di sana kami di sambut senyum ramah bu haji pemilik warung, wah kemana aja nih mas ber 2 ini, lama gak mampir kesini, biasakan soto ayam campur 1 sama soto daging pisah 1 plus 2 gelas es teh manis kan, kata bu haji kepada kami. Bu haji memang sudah sangat akrab dengan kami dan beliau sudah sangat tau pasti apa yang akan kami pesan.
Kebetulan siang itu warung soto bu haji cukup ramai pembeli, jadi kami pun harus rela bersabar menunggu pesanan kami datang agak lama, sambil menunggu pesanan iseng kami pun menonton berita di televisi, kebetulan saat itu sedang ditayangkan berita tentang pembantaian warga muslim palestina oleh zionis Israel, dan berbagai aksi demo yang mengecam aksi agresi Israel itu yang dilakukan oleh orang-orang dari berbagai Negara di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Melihat tayangan itu saya iseng bertanya sama si pandir, sob bukankah do’a orang mukmin itu pasti dikabul? Dan bukankah ada sebuah keterangan yang menyebutkan bahwa sebuah do’a yang diamini oleh minimal 40 orang itu sama dengan do’anya seorang hamba yang sholeh yang do’anya mustajab? Tapi kenapa dari dulu begitu banyak orang islam dari berbagai penjuru dunia yang mendo’akan kehancuran zionis Israel karena kekejaman mereka membantai muslim di palestin tapi kok gak terkabul juga yah malah Israel semakin menjadi kuat? Seperti biasa setiap mendapat pertanyaan dariku si pandir selalu saja tertawa terbahak-bahak, kalau saja saya tidak kenal baik dengan si pandir makhluk paling aneh yang saya kenal, pasti saya sudah sangat marah dan tersinggung ditertawakan seperti itu. Tapi itulah pandir dengan segala keanehan dan kegilaan yang dimilikinya, dia selalu memiliki jawaban ajaib atas segala pertanyaan yang saya berikan.
Si pandir bertanya padaku, kamu tau apa itu artinya Islam? Pasrah jawabku, dan apa artinya Iman? Yakin jawabku sambil menerka-nerka kemanakah arah pertanyaan si pandir ini. Kalau begitu orang Islam adalah orang yang pasrah, yang memasrahkan segala hidup dan kehidupannya kepada Allah kan, dan dia meyakini bahwa tiada pemilik kuasa, kehendak dan kebenaran Yang Maha mutlak kecuali Allah kan? Ya setuju sekali jawabku. Berarti orang Islam seharusnya orang yang memasrahkan hidupnya kepada Allah, dan memasrahkan hidupnya untuk mau diatur oleh Allah, dengan kata lain umat Islam adalah umat yang dengan ikhlas dan pasrah menjalani kehidupan sesuai dengan aturan dan kehendak Allah seperti yang dicontokan oleh Rasulullaah kan? Yups betul sekali, sepakat sob jawabku kembali.
Si pandir melanjutkan pertanyaannya, sekarang ane mau nanya lagi ma ente sob masih ingatkan fungsi diutusnya Rasulullaah kepada kita? Yah saya ingat, untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam serta untuk menyempurnakan akhlak manusia. Yups tepat sekali sob, 100 buat ente, pertanyaan berikutnya, masih inget gak ente kisah waktu Nabi dilempari kotoran oleh orang-orang kafir Quraisy, lalu saat itu Malaikat jibril datang kepada Nabi menawarkan bantuan untuk menumpas mereka dengan melemparkan gunung uhud kepada mereka? Yah saya ingat cerita itu, yang kemudian Nabi menolaknyakan, saat itu Nabi berkata jangan Yaa jibril, siapa tau suatu saat mereka akan beriman, lalu jibril bertanya bagaimana jika mereka tidak akan pernah beriman? lalu Nabi menjawab siapa tau nanti anak cucu mereka ada yang beriman, lalu Jibril bertanya kembali bagaimana bila ternyata anak cucu mereka tidak ada yang beriman? Nabi kemudian menjawab siapa tau suatu saat nanti akan ada keturunannya yang beriman. Mendengar jawabanku itu lalu si pandir tersenyum sumringah.
Nah jadi kira-kira bagaimana menurut kamu sikap Rasulullah menghadapi perbuatan orang-orang kafir yang menganiaya Beliau apakah dengan perbuatan yang sama atau malah dengan sikap dan akhlak yang baik? Dan apakah Nabi mendo’akan azab keburukan untuk mereka? Tidak jawabku, Nabi menghadapinya dengan akhlak yang baik dan mendo’akan mereka dengan do’a balasan kebaikan untuk mereka, jawabku. Tapi bukankah nabi pernah juga mendo'akan kehancuran untuk kafir Quraisy? tanyaku kembali, yah memang benar, tapi bukan karena kebencian tetapi Nabi mendo'akan kehancuran sebatas kekuatan mereka untuk menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh mereka bukan meminta meluluh lantakkan mereka! Itulah kesempurnaan akhlak, itulah rahmat untuk seluruh alam, jadi bila kita membalas keburukan dengan keburukan apakah itu bisa disebut akhlak yang baik? Lalu apa bedanya kita dengan orang yang berbuat buruk kepada kita? Saat kita mendo’akan Israel atau siapapun yang telah mendzhalimi umat Islam luluh lantak, bukankah itu pertanda bahwa ada dendam dan dengki yang begitu besar dalam hati kita? Dan bukankah dendam itu pula yang menyebabkan bangsa Israel memusuhi Islam, dan bukankah dendam dan dengki itu pula yang menyebabkan iblis ingin menjerumuskan anak cucu adam? lalu apa bedanya kita dengan Iblis dan Israel? Apalagi bila kita bahkan memiliki keinginan mereka menerima balasan yang lebih berat lagi, benarkah itu yang Allah inginkan? berarti bukankah kita saat itu sedang coba mengatur Allah untuk memenuhi hasrat dendam kita itu? lalu dimana letak akhlaknya? Lalu dimana letak rahmatan lil ‘alamin nya? Lalu dimana letak kepasrahannya? Dan dimana letak keyakinan kita pada kebenaran, keadilan, kehendak,kuasa dan kasih sayang Allah? Dan bukankah berarti saat itu kita bahkan tidak meneladani sunnah Rasulullaah? Lalu bila seperti itu masih pantaskah kita menyebut diri kita muslim (orang yang pasrah) dan pantaskah kita mengaku diri beriman? Dan kira-kira layakkah kita mengakui diri sebagai seorang hamba yang do’anya layak dikabulkan oleh Allah?
Bagaikan tersambar petir di siang hari bolong saat matahari sedang terik menyengat begitu mendengar serangkaian jawaban yang diberikan oleh si pandir, yah selama ini ternyata saya adalah orang yang memiliki sifat dendam dan dengki yang begitu besar, kalau dipikir-pikir betapa mudahnya saya mengutuki orang yang saya anggap berbuat jahat,bahkan tidak jarang saya ingin membalas orang-orang yang berbuat jahat pada saya dengan balasan yang setimpal bahkan kalau bisa lebih, sering juga disadari atau tidak terlintas dalam hati dan pikiran saya do’a agar orang-orang yang saya angap aniaya itu celaka atau mendapat azab, dan saking pendengki, pendendam dan sombongnya saya, saya menjauhi bahkan memusuhi orang yang saya anggap buruk, orang yang tidak sepaham dengan saya, atau orang yang tidak seidiologi dengan saya, bahkan tidak jarang saya bahkan menghasut orang lain untuk ikut menjauhi dan memusuhi mereka, bahkan bila orang yang kita tidak sukai itu mendapat musibah atau tertimpa kemalangan ada terbersit perasaan senang di hati, lalu apa bedanya saya dengan iblis?!
Tidak lama soto pesanan kami pun datang, lalu kamipun segera menyantap makanan pesanan kami itu, namun sambil menyantap makan siang kami itu, dada saya tak bisa berhenti bergemuruh, pikiran saya tak bisa berhenti memikirkan pembicaraan dengan barusan, yah sebuah kesadaran muncul, bahwa ternyata begitu besar Kesombongan dan iri dengki yang ada dalam diri ini. Astaghfirullaahal’adziim.
“Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (25:63)
Penghujung malam nan syahdu
Pertapaan Aster 81
Tidak ada komentar:
Posting Komentar